Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sudah 10 tahun berlalu, motif pembunuhan terhadap presiden Ohsho Food Service, Takayuki Daito hingga kini belum terungkap.
Padahal pelaku pembunuhan, Yukio Tanaka sudah ditangkap sejak 28 Oktober 2022 lalu, atau 9 tahun usai peristiwa penembakan terjadi.
"Pelaku pembunuhan, Yukio Tanaka tahun lalu memang sudah ditangkap dan sudah mengakui perbuatannya. Namun motif dia membunuh masih belum diketahui karena pelaku Hitman (pembunuh profesional yakuza) itu, tidak mau bicara soal motifnya," ungkap sumber Tribunnews.com di Kepolisian Jepang, Rabu (20/12/2023).
Namun demikian para penyelidik yakin motif pembunuhan itu terkait soal uang dengan jumlah besar dari seseorang (sebut saja berinisial A--red) yang diperkirakan juga membayar Tanaka untuk membunuh Daito.
Baca juga: Yukiya Kimura Didakwa atas Kasus Pembakaran Gedung Yakuza Jepang, 2 Pimpinan Yakuza Lain Dilepaskan
Diketahui pada 19 Desember 2013, Takayuki Daito (saat itu berusia 72 tahun), presiden Ohsho Food Service (selanjutnya disebut Ohsho) ditembak mati di pekarangan parkir dekat tokonya di Kyoto.
Pelakunya Yukio Tanaka (57), seorang Hitman atau penembak profesional Yakuza (mafia Jepang).
Menurut laporan komite pihak ketiga yang dirilis pada bulan Maret 2016, Ohsho membeli properti dari grup perusahaan A.
- Tanah di Hawaii: sekitar 1,82 miliar yen
- Bangunan di Daerah Chuo, Kota Fukuoka: sekitar 1,237 miliar yen
- Pembangunan di Gion, Kota Kyoto: Sekitar 530 juta yen dan lainnya.
"Jumlah tersebut jauh dari nilai penilaian wajarnya. Kemudian grup perusahaan A membeli kembali real estate yang dibeli oleh Ohsho tersebut dengan harga sekitar sepertiga dari harga semula. Manajemen Ohsho keadaannya menjadi semakin buruk," ungkapnya.
Baca juga: 9 Tahun Buron, Pimpinan Yakuza Ditangkap Polisi terkait Kasus Pembunuhan Bos Perusahaan Jepang
Memperdalam Konflik dengan Keluarga Pendiri
Takayuki Daito, yang saudara perempuannya adalah istri dari pendiri Ohsho, Kato, diangkat sebagai presiden keempat pada bulan April 2000 untuk membangun kembali manajemen perusahaan.
Putra sulung dan putra kedua Kato mengambil tanggung jawab dan mengundurkan diri.
Daito secara pribadi bernegosiasi dengan pihak Tuan A, dengan mengatakan, "Saya akan melakukan semua yang saya bisa."
"Namun sepertinya beliau tidak mampu memutuskan hubungannya dengan Tuan A."
Daito yang berselisih dengan keluarga pendiri beralih ke Tuan A sebagai negosiator November 2012.