Belum Dibayar, Milisi Bersenjata Yaman STC Saingan Houthi Kembali Bom Pipa Minyak
TRIBUNNEWS.COM - Milisi bersenjata yang terafiliasi ke kelompok Dewan Transisi Selatan (STC) dituduh menjadi dalang pemboman kedua terhadap pipa minyak di Yaman dalam waktu seminggu, Selasa (2/1/2024).
Serangan yang dilakukan STC, terjadi setelah perusahaan-perusahaan yang beroperasi di ladang minyak tidak membayar uang perlindungan sesuai perjanjian yang telah lama ada.
Baca juga: Houthi Mengamuk, Perlindungan AS di Laut Merah Tak Cukup Bikin Raksasa Pelayaran Merasa Aman
Kelompok tersebut telah memberi waktu kepada perusahaan minyak yang beroperasi di Usaylan, di utara Kegubernuran Shabwah, hingga tanggal 31 Desember untuk membayar mereka guna melindungi pipa minyak.
Menurut komandan Batalyon Kedua milisi Perlawanan Selatan, Salem Durehim, yang seharusnya melindungi pipa, para pasukannya belum dibayar untuk melakukan pekerjaan ini sejak 25 September 2022.
Durehim menegaskan, mereka telah memberikan tenggat waktu kepada perusahaan-perusahaan minyak untuk menanggapi tuntutan mereka.
Dia juga mengatakan, mereka tidak akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi setelah masa berlakunya (kontrak keamanan) habis.
Pekan lalu, para pejuang meledakkan pipa minyak di distrik yang sama.
Pemompaan minyak dihentikan di pipa yang menghubungkan ladang fasilitas Safer di Marib dan ladang minyak Jannah Hunt di Shabwah yang berdekatan di Yaman, menurut laporan Reuters yang diterima dari sumber lokal.
Baca juga: Bikin Sejarah Lewati Selat Bab al-Mandab, Mau Apa Kapal Perang Alborz Iran di Laut Merah?
Jadi Proksi AS Agar Houthi Tak Fokus ke Laut Merah
STC merupakan kelompok milisi Yaman yang menyerukan pemisahan bagian selatan Yaman dari utara.
Kelompok ini disebut-sebut mendapat dukungan oleh Uni Emirat Arab (UEA).
Belakangan, STC dikabarkan menjadi alternatif pilihan bagi Amerika Serikat (AS) untuk mengalihkan perhatian Houthi dan Tentara Yaman dari operasi militernya terhadap Israel.
Laporan outlet Al-Akhbar pada Jumat (8/12/2023) silam menyebut, AS berniat menggunakan proksi UEA tersebut untuk memecah fokus pihak Houthi dan pemerintah Sanaa agar tidak terus-terusan menyerang Israel dan entitasnya di Laut Merah.
“Amerika Serikat bergerak untuk mengaktifkan faksi-faksi yang setia kepada UEA di Yaman untuk mengalihkan perhatian Sanaa agar tidak terus melakukan lebih banyak serangan udara dan laut terhadap entitas Israel,” lapor harian Lebanon dalam ulasannya.