Meskipun ada ketakutan, sejumlah besar orang menolak untuk berhenti ke masjid, dan menyatakan ketangguhannya terhadap serangan tersebut.
“Saya tidak akan ragu untuk pergi ke masjid. Jika saya meninggal di sana, itu adalah akhir yang indah dalam hidup saya,” tegas Khaled Islim (30), dari Khan Younis.
"Masjid-masjid tidak menimbulkan bahaya."
"Kami akan membangunnya kembali, mengumandangkan azan di tengah reruntuhan."
"Adegan Alquran yang dirobek dan dibakar di bawah puing-puing sangat menyakitkan, mencerminkan ketidakadilan yang dihadapi Gaza."
Kementerian Pariwisata dan Purbakala mengutuk penghancuran Masjid Omari sebagai bagian dari rencana Israel untuk menghapus warisan Palestina.
Dikatakan bahwa tindakan tersebut melanggar perjanjian internasional, termasuk Konvensi Den Haag tahun 1907, Konvensi Jenewa Keempat tahun 1949 dan konvensi UNESCO tentang perlindungan kekayaan budaya.
Kementerian mencatat akar sejarah masjid ini berasal dari biara Bizantium pada abad kelima Masehi.
Baca juga: Dituduh Afrika Selatan Lakukan Genosida di Gaza hingga Dilaporkan ke ICJ, Israel Salahkan Hamas
Mereka memandang penghancuran tersebut sebagai kejahatan terhadap warisan budaya rakyat Palestina, yang melambangkan hubungan mereka dengan tanah air.
Kementerian menyoroti pelanggaran Israel lainnya, termasuk penghancuran situs arkeologi seperti pelabuhan lama Gaza, Gereja Porphyrius, Masjid Jabalia, dan sejumlah bangunan bersejarah dan museum.
Mendesak intervensi internasional, mereka meminta UNESCO dan komunitas global untuk memaksa Israel untuk menghentikan agresinya terhadap rakyat Palestina dan warisan mereka.
Kementerian menegaskan kembali bahwa tindakan tersebut tidak akan menghalangi tekad rakyat Palestina untuk kebebasan dan kemerdekaan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)