Osama Saqr, pengungsi di sebuah sekolah badan bantuan PBB di Khan Younis mengungkap bahwa ia harus mengisi beberapa botol dengan air kubangan untuk anak-anaknya yang kehausan.
“Itu tercemar dan tidak cocok, tapi anak-anak saya selalu meminumnya, tidak ada alternatif lain. Namun saya khawatir pada akhirnya saya akan kehilangan salah satu anak saya karena keracunan ini.” katanya Osama kepada Al Jazeera.
Badan Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Med bahkan menggambarkan situasi yang tengah terjadi di Gaza sebagai "perang kelaparan".
Belum diketahui sampai kapan Israel akan melakukan blokade air bersih.
Namun apabila hal tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka hal tersebut berpotensi memicu munculnya wabah penyakit kolera secara besar - besaran.
Mengingat hingga kini orang-orang di pusat pengungsian UNRWA banyak yang melakukan buang air besar sembarangan karena keterbatasan toilet umum, hingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 44.000 orang di Gaza terkena diare.
“Krisis air yang diperparah dengan kurangnya pengelolaan limbah padat, sanitasi yang buruk, serta kebiasaan buang air besar di tempat terbuka memicu penyebaran penyakit, kolera, infeksi saluran pernapasan, dan infeksi kulit lebih tinggi dari rata-rata tahunan,” jelas Richard Brennan, direktur darurat regional untuk wilayah Mediterania Timur di WHO.
(Tribunnews.com/Namira Yunia Lestanti)