Israel Belum Bisa Taklukkan Hamas, tapi Yoav Galant Sudah Punya Rencana di Gaza Setelah Perang Usai
TRIBUNNEWS.COM- Saat ini perang antara tentara Israel dengan para pejuang Palestina termasuk Hamas masih sedang berlangsung.
Namun Israel sudah punya rencana apa yang akan dilakukannya di Gaza setelah perang usai.
Dari Yerusalem dikatakan bahwa Menteri Pertahanan Israel, Yoav Galant akan menyampaikan kepada dewan kementerian sebuah rencana mengenai pengaturan pasca-perang di Gaza.
Berikut adalah hal-hal penting dari rencana Menteri Pertahanan Israel, Yoav Galant di Gaza setelah perang usai:
- Rencana Menteri Pertahanan tersebut menegaskan bahwa Israel tidak akan memerintah Jalur Gaza secara sipil.
- Penduduk Jalur Gaza akan mengatur urusan mereka sendiri.
- Sesuai rencana Menteri Pertahanan, Hamas tidak akan pernah kembali menguasai Jalur Gaza.
- Rencana tersebut mencakup penguatan perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir melalui sarana elektronik, dengan dukungan dari Washington.
- Israel akan melanjutkan aktivitas militernya di Jalur Gaza utara dan Khan Yunis.
- Israel mempunyai kebebasan untuk beroperasi secara militer di Jalur Gaza dan akan menanggapi segala ancaman.
- Tidak akan ada kembalinya permukiman di Jalur Gaza.
- Mesir akan menjadi pintu gerbang ke Jalur Gaza.
- Israel memeriksa semua barang yang memasuki Jalur Gaza.
Baca juga: CEO McDonalds Kecewa Bisnisnya Rugi Akibat Perang Israel-Hamas
Yoav Galant memasuki Jalur Gaza pada Selasa didampingi Wakil Kepala Staf untuk melakukan penilaian terhadap kondisi pasukan Israel di sana.
Gallant berkata: "Perasaan di antara sebagian orang bahwa kita sedang dalam perjalanan untuk menghentikan pertempuran adalah salah. Tanpa kemenangan yang jelas, kita tidak akan bisa hidup di Timur Tengah."
Baca juga: Pidato Haniyeh di Pemakaman Bos Hamas al-Arouri: Tewasnya Arouri Jadi Bukti Pola Pikir Kotor Israel
Rencana Pasca Perang
Setelah perang usai, Yoav Gallant mempresentasikan rencana Jalur Gaza pasca-Hamas.
“Israel tidak akan memerintah Gaza pada tingkat sipil tetapi akan mempunyai hak untuk bertindak secara militer di wilayah tersebut, tanpa batasan apa pun”
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant akan menyampaikan kepada kabinet perang pada Kamis malam sebuah rencana untuk masa depan Jalur Gaza, setelah Hamas dikalahkan. Sebelum pertemuan yang direncanakan, ia menyampaikan garis besarnya kepada pers.
“Hamas tidak akan lagi memerintah Gaza, dan Israel tidak akan memerintah Gaza secara sipil,” kata Yoav Gallant dalam pembukaannya.
Perlu dicatat bahwa rencana tersebut bertentangan dengan keinginan Washington untuk melihat Otoritas Palestina mengambil kendali atas Gaza setelah perang.
Baca juga: Internal Israel Pecah Jika Perang Usai, Yoav Galant Ungkap Rencana Fase Operasi Pembersihan di Gaza
Hal ini pada awalnya mengatur pembentukan komite lokal Palestina yang tidak memusuhi Israel dan tidak mampu bertindak melawannya, yang akan ditugaskan untuk menangani urusan sipil.
Menurut rencana, pemerintahan lokal Palestina akan bergantung pada kapasitas mekanisme administratif yang ada di Jalur Gaza, dan pada komite lokal yang terdiri dari warga Gaza yang penunjukannya harus disetujui oleh Israel.
Dia juga menolak segala kemungkinan pemukiman kembali orang Yahudi di wilayah tersebut.
“Setelah tujuan perang tercapai, Israel tidak akan bertanggung jawab secara sipil atas Gaza, dan tidak akan ada kehadiran warga sipil Israel di Jalur Gaza,” ujarnya.
Hal ini bertentangan dengan sikap partai-partai keagamaan dan sayap kanan pemerintah, yang berupaya mendorong imigrasi warga Palestina dari Gaza dan memulihkan permukiman.
Kedua, kekuatan internasional yang terdiri dari negara-negara Arab moderat serta Amerika Serikat dan Eropa akan memikul tanggung jawab atas rekonstruksi dan rehabilitasi ekonomi di wilayah tersebut.
Israel, pada bagiannya, akan mempertahankan kapasitas untuk beroperasi secara militer di Jalur Gaza tanpa batasan. “Israel akan mempertahankan kebebasan melakukan aksi militer di Jalur Gaza – tanpa batas,” tegas Menteri Pertahanan.
Gallant juga harus memaparkan rencana pembangunan terminal Rafah di perbatasan dengan Mesir, yang penuh dengan terowongan penyelundupan Hamas. Menteri tersebut menyatakan bahwa operasi gabungan akan dilakukan oleh Israel dan Mesir bekerja sama dengan Amerika Serikat, untuk memastikan isolasi efektif perbatasan antara Gaza dan Mesir, dan pengendalian masuknya barang melalui sarana fisik dan teknologi.
Rencana yang disampaikan mendapat kritik keras dari menteri sayap kanan, Betzalel Smotrich. “Rencana Gallant untuk ‘hari setelahnya’ adalah pengulangan dari ‘hari sebelumnya’ pada tanggal 7 Oktober. Kita harus mampu berpikir di luar kebiasaan dan mengubah paradigma, khususnya dengan mendorong imigrasi sukarela warga Palestina dan melakukan kontrol keamanan total yang dapat mencakup pembangunan kembali pemukiman Yahudi,” katanya.
Juru bicara IDF Daniel Hagari mengkritik fakta bahwa rencana Yoav Gallant dipublikasikan pada tahap ini, dengan mengatakan bahwa hal itu dapat "dimanfaatkan musuh."
“Tidak pantas membicarakan hal ini di media dan mengungkapkan rinciannya kepada musuh,” katanya dalam konferensi pers hariannya.
(Tribunnews/Sky News Arabia/i24news)