Sambil sesenggukan menagis, perempuan itu berkata:"Tolong tetaplah bersamaku, ayah. Tidak ada yang tersisa untukku, kecuali kamu".
Terluka Parah dalam Serangan Israel
Pada pertengahan Desember 2023 kemarin, Wael Al-Dahdouh mengalami luka parah akibat serangan Israel.
Di saat yang sama, rekan jurnalisnya, Samer Abudaqa tewas.
Namun, Wael Al-Dahdouh kembali meliput berita tidak lama setelah kejadian tersebut.
Pembunuhan Jurnalis
Aliansi Jurnalis Palestina telah mendokumentasikan pembunuhan 102 jurnalis dan cederanya 71 lainnya oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sejak perang dimulai pada 7 Oktober.
Jaringan Media Al Jazeera mengecam keras serangan tersebut.
"Pembunuhan Mustafa dan Hamzah (terjadi) ketika mereka sedang dalam perjalanan untuk melaksanakan tugas mereka di Jalur Gaza, menegaskan kembali perlunya mengambil tindakan hukum yang diperlukan segera terhadap pasukan pendudukan," ungkap Al Jazeera.
Menanggapi berita terbaru terkait kematian jurnalis di Gaza, kantor media Gaza mengutuk pembunuhan tersebut, dan mengecam ";dengan tegas kejahatan keji ini".
Baca juga: Otak Penyerangan 7 Oktober Gugur di Gaza, Setelah Wael Asefa Siapa Lagi Yang Jadi Target Zionis?
Serangan Israel di Rumah Keluarga Wael al-Dahdouh
Sebagai putra sulung keluarga, Hamzah dikenal sangat dengan dengan semua orang.
Ia sangat terpukul saat mendengar bahwa rumah tempat keluarganya berlindung di kamp pengugnsi Nuseirat, dihantam serangan Israel pada 25 Oktober 2023.
Tak lama setelah mendengar kabar itu, ia mengetahui bahwa ibunya, Amna, saudara laki-lakinya, Mahmoud (15), dan saudara perempuannya, Sham (7), serta keponakannya, Adam (1), tewas.
Menurut rekan-rekan sejawat, duka kehilangan yang ia rasakan tampaknya memotivasinya untuk bekerja lebih keras dalam meliput perang di Gaza.
Ketika berita pembunuhan Hamzah tersebar, istrinya yang telah dinikahinya satu tahun terakhir, bergegas ke pemakaman.
Saudara-saudaranya yang masih hidup juga menyusul ke rumah duka, untuk melihat terakhir kali sebelum Hamzah dikuburkan.