TRIBUNNEWS.COM - Analis militer, Adel Shadid, menjelaskan alasan mengenai terowongan Hizbullah dan bahayanya terhadap Israel.
Adel Shadid mengatakan, infrastruktur Hizbullah di Lebanon adalah salah satu masalah misterius bagi Israel.
Ada konsensus bahwa Hizbullah lebih unggul dalam hal jumlah, pelatihan, kemampuan rudal, jangkauan, dan akurasi daripada Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan Jihad Islam Palestina (PIJ) di Jalur Gaza.
“Sangat jelas bahwa perang saat ini, dan perang sebelumnya, mengungkapkan Israel tidak tahu apa-apa dan tidak tahu sama sekali tentang kemampuan dan kemampuan perlawanan di Gaza dan Lebanon," kata Adel Shadid.
Ia mengatakan, tidak satu pun di Israel yang mengetahui lokasi terowongan Hizbullah dan jika mereka tahu mungkin sudah dibom.
“Israel tidak tahu di mana lokasinya, karena terowongan tersebut disembunyikan dan disamarkan, dan masalah terowongan tersebut merupakan misteri hingga saat ini," katanya.
"Mereka (terowongan Hizbullah) memang lebih berbahaya daripada terowongan Hamas karena daerahnya berbatu dan bergunung-gunung, tidak berpasir seperti Gaza, dan kemampuan yang dimiliki Hizbullah dalam hal pengeboran lebih tinggi," lanjutnya, dikutip dari Alhurra.
Mengenai kemungkinan perang antara Israel dan Hizbullah untuk menghancurkan terowongan ini, analis militer itu belum sepenuhnya yakin.
"Terowongan ini bukan satu-satunya senjata yang ada di tangan Hizbullah. Menurut perkiraan, mereka memiliki ratusan rudal presisi yang mampu mengenai semua lokasi instalasi sensitif di Israel,” katanya.
Sementara itu, analis politik, Anab Halabi, mengatakan terowongan itu adalah kekhawatiran Israel selain terowongan Hamas di Jalur Gaza.
“Terowongan tersebut, baik yang berada di Jalur Gaza atau di utara Lebanon, merupakan ketakutan utama Israel dalam menggunakannya untuk kemajuan militer ke wilayah Israel, karena ketidakmampuan badan intelijen untuk menembus sistem terowongan," kata Anab Halabi.
Baca juga: Wissam Hassan Tawil, Komandan Hizbullah Diduga Dibunuh Israel di Lebanon Selatan
Ia mengatakan, Israel mengkhawatirkan terowongan Hizbullah yang mungkin saja digali di dekat perbatasan Israel.
Ketegangan antara Israel dan Hizbullah semakin meningkat.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan kesabaran Israel hampir habis dan perang di front utara mungkin bisa terjadi.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pembunuhan Wissam Hassan Tawil, komandan Hizbullah, adalah bukti kesalahan Hizbullah yang salah perhitungan karena berhadapan dengan Israel.
Hizbullah terlibat pertempuran dengan Israel di Lebanon selatan dan Israel utara setelah mereka menyatakan dukungan untuk Hamas yang berperang melawan Israel di Jalur Gaza.
Hamas Palestina vs Israel
Sebelumnya, Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama di kompleks Masjid Al Aqsa, dikutip dari Al Arabiya.
Hamas menculik kurang lebih 240 orang dari wilayah Israel yang berbatasan dengan Jalur Gaza.
Setelah pertukaran sandera selama 7 hari yang dimulai Jumat (24/11/2023), 105 sandera sipil telah dibebaskan; 81 orang Israel; 23 warga Thailand; dan satu warga Filipina, yang ditukar 240 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel, dikutip dari The Times of Israel.
Israel memperkirakan masih ada sekitar 137 sandera di Jalur Gaza.
Jumlah korban jiwa di pihak Palestina di Jalur Gaza terhitung 23.084 hingga Selasa (9/1/2024) dan 1.200 orang tewas di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.
Selain itu, tercatat 340 kematian warga Palestina di Tepi Barat hingga Selasa (9/1/2023) setelah faksi perlawanan Palestina melawan pasukan Israel yang melakukan penyerbuan besar-besaran.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel