TRIBUNNEWS.COM - Badan-badan militer dan keamanan Israel sudah cukup lama menargetkan para pemimpin Hamas untuk dihabisi.
Terutama tahun 1990-an, sejak kelompok bersenjata Palestina tersebut memulai serangan terhadap warga sipil dan personel militer Israel.
Tujuan Israel menghabisi pemimpin Hamas, yakni mengganggu kemampuan operasional dan struktur kepemimpinan Hamas serta mencegah serangan lebih lanjut di masa depan.
Dengan kata lain, Saleh al-Arouri yang tewas 2 Januari 2024 di Beirut, Lebanon, bukan pemimpin Hamas yang pertama dibunuh.
Sebelumnya ada nama Yahya Ayyash, yang dijuluki “Sang Insinyur” karena keahliannya membuat bom.
Yahya Ayyash adalah seorang tokoh terkemuka di Hamas dan menjadi target utama pasukan keamanan Israel pada pertengahan tahun 1990-an.
Ayyash bertanggung jawab merancang alat peledak yang digunakan dalam serangkaian serangan mematikan terhadap sasaran Israel.
Pengejaran Israel terhadap Ayyash mencapai puncaknya pada bulan Januari 1996, ketika dia dibunuh dalam sebuah operasi yang menjadikannya target.
Selanjutnya ada nama Mahmoud Al-Mabhouh, seorang komandan militer senior Hamas. Ia dibunuh di Dubai pada Januari 2010.
Operasi tersebut secara luas dikaitkan dengan Mossad, badan intelijen luar negeri Israel, meskipun Israel tidak pernah secara resmi mengkonfirmasi keterlibatannya.
Al-Mabhouh adalah anggota pendiri Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, dan diyakini terlibat dalam penyelundupan senjata dan mengoordinasikan serangan terhadap Israel.
Pembunuhan Al-Mabhoud di sebuah kamar hotel di Dubai, menarik perhatian internasional karena kerumitannya.
Pembunuhnya menggunakan paspor palsu, yang menyebabkan dampak diplomatik dan peningkatan pengawasan terhadap operasi rahasia Israel di luar negeri.
Dari catatan tersebut, besar kemungkinan Israel terus melakukan perburuan untuk melemahkan Hamas dengan mengincar pemimpin mereka.