Korea Selatan Panas Dingin, Korea Utara Pakai Ukraina Jadi Tempat Uji Coba Rudal Berkemampuan Nuklir
TRIBUNNEWS.COM - Korea Selatan mengumbar kecemasannya atas manuver militer terbaru negara tetangga mereka, Korea Utara.
Duta besar Korea Selatan untuk PBB, Joonkook Hwang, dalam sebuah pernyataan pada Kamis (11/1/2024) menyebut Korea Utara menggunakan Ukraina sebagai tempat uji coba rudal berkemampuan nuklir.
Uji coba tersebut, siratnya, dilakukan Korea Utara dengan mengirimkannya ke Rusia untuk ditembakkan ke Ukraina.
"Korea Selatan secara keras mengutuk ekspor rudal semacam itu oleh Korea Utara dan penggunaannya oleh Rusia dalam serangan pada tanggal 30 Desember, 2 Januari, dan 4 Januari," katanya.
Baca juga: Israel Geram, Bagaimana Caranya Senjata-Senjata China Jatuh ke Tangan Hamas Buat Musnahkan IDF?
Dia menunjuk pada penggunaan rudal balistik jarak pendek KN-23 oleh Rusia, yang diuji oleh Korea Utara pada tahun 2018 dan 2019.
Rudal-rudal ini dapat menyerang sasaran sejauh 690 kilometer, atau sekitar 428 mil, menurut Aliansi Advokasi Pertahanan Rudal nirlaba.
Hwang juga memperingatkan, ekspor rudal Korea Utara menimbulkan "ancaman nyata" terhadap Korea Selatan, dan diamnya Dewan PBB hingga saat ini hanya akan memperkuat kepemimpinan Korea Utara.
Korea Utara telah menguji berbagai rudal balistik dan jelajah sejak tahun 2017, dan meningkatkan peluncurannya menjadi 68 rudal pada tahun 2022, menurut Pelacak Uji Rudal Korea Utara dari Pusat Studi Nonproliferasi James Martin.
"Rusia kini mendapat manfaat dari keahlian Korea Utara soal rudal dan menggunakannya dalam perang agresi terhadap Ukraina," kata Hwang.
Dia juga mengatakan bahwa “penggunaan rudal Korea Utara ke dalam perang di Ukraina mempunyai implikasi yang signifikan terhadap non-proliferasi nuklir global.”
Ampuh Jebol Ukraina
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengomentari penggunaan rudal tersebut pada Kamis lalu, dengan mengatakan bahwa Rusia telah memperoleh “beberapa lusin” rudal balistik dari Korea Utara dan menggunakannya dalam dua serangan terpisah pada tanggal 30 Desember dan 2 Januari.
Para ahli dari lembaga think tank Institute for the Study of War mengatakan bahwa Rusia kemungkinan besar akan melirik Korea Utara karena negara tersebut memiliki jenis rudal yang sulit dicegat oleh Ukraina.
ISW mengutip sebuah serangan pada tanggal 29 Desember, di mana Ukraina mengatakan pihaknya mencegat 149 dari 166 rudal jelajah yang ditembakkan Rusia – sekitar 90 persen – tetapi hanya “segelintir” dari rudal balistik tersebut.
Rudal balistik “tampaknya lebih efektif dalam menembus atau menghindari pertahanan udara Ukraina” dibandingkan rudal jelajah yang digunakan Rusia sejauh ini, ISW menyimpulkan.
Lembaga pemikir yang bermarkas di Washington DC ini menambahkan bahwa Rusia kemungkinan juga akan melirik Iran dalam hal pembelian rudal balistik.
(oln/BI/*)