TRIBUNNEWS.COM - Seorang koresponden media Amerika Serikat (AS) NewsNation, Robert Sherman, minggu ini pergi ke bawah tanah untuk melihat lebih dekat terowongan yang diklaim Israel adalah terowongan Hamas.
Robert mengatakan, ia juga masuk ke terowongan terbesar yang ditemukan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.
“Anda turun jauh ke bawah tanah di mana sinar matahari tidak dapat menjangkaunya,” kata Robert Sherman kepada Elizabeth Vargas dari NewsNation, Rabu (10/1/2024).
"Ini adalah labirin yang gelap dan lembap tanpa ujung yang terlihat," katanya.
Robert Sherman mengeklaim terowongan itu mirip kota bawah tanah yang sangat besar dan terbentang ratusan mil.
Terowongan yang dikunjungi Robert Sherman cukup lebar untuk dilewati mobil dan memiliki infrastruktur tingkat tinggi.
“Semua betonnya, butuh waktu bertahun-tahun, butuh jutaan dolar. Kemudian Anda menambahkan apa yang ada di atas, sebuah tabung ventilasi. Anda juga melihat kabelnya, kabel grounding,” jelas Robert Sherman sambil berjalan melewati terowongan.
IDF menunjukkan kepada Robert Sherman terowongan terbesar yang ditemukan IDF sejak konflik dimulai.
"Jaraknya bahkan tidak sampai seperempat mil dari perbatasan Israel," kata Robert Sherman.
Terowongan itu turun ke dalam jurang, sedalam 50 meter dan panjang empat kilometer.
Jalur ini diperkirakan mengarah hingga ke jantung Gaza.
Baca juga: Masuk Perangkap, 6 Tentara Israel Tewas dalam Ledakan di Terowongan Jebakan di Gaza
“Baru setelah Anda kembali ke permukaan, Anda baru menyadari bahwa terowongan ini memiliki jaringan yang mematikan,” kata Robert Sherman.
IDF mengeklaim mereka telah menemukan sekitar 1.500 terowongan bawah tanah di Gaza.
Kemungkinan ada lebih banyak terowongan yang belum ditemukan.
Israel sebelumnya juga mengajak jurnalis internasional, khususnya yang berasal dari media sekutu Israel, untuk meliput terowongan yang diklaimnya sebagai terowongan Hamas.
Sejauh ini, Hamas secara terbuka baru mengakui satu terowongan terbesar yang ditemukan di Jalur Gaza utara.
"Anda datang terlambat, misi telah selesai," kata Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, di saluran Telegram pada Senin (18/12/2023).
Terowongan terbesar itu diduga menjadi lokasi peluncuran Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Hamas Palestina vs Israel
Ketegangan terbaru Israel-Hamas ini terjadi setelah Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama di kompleks Masjid Al Aqsa, dikutip dari Al Arabiya.
Hamas menculik kurang lebih 240 orang dari wilayah Israel yang berbatasan dengan Jalur Gaza.
Setelah pertukaran sandera selama 7 hari yang dimulai Jumat (24/11/2023), 105 sandera sipil telah dibebaskan; 81 orang Israel; 23 warga Thailand; dan satu warga Filipina, yang ditukar 240 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel, dikutip dari The Times of Israel.
Israel memperkirakan masih ada sekitar 137 sandera di Jalur Gaza.
Jumlah korban jiwa di pihak Palestina di Jalur Gaza terhitung 23.210 hingga Rabu (10/1/2024) dan 1.200 orang tewas di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.
Tercatat 340 kematian warga Palestina di Tepi Barat hingga Selasa (9/1/2023) setelah pasukan Israel yang melakukan penyerbuan besar-besaran.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)