TRIBUNNEWS.COM - Aliansi jurnalis dan anggota keluarga wartawan Palestina menyangkal label teroris yang disematkan kepada awak media yang gugur saat bertugas meliput perang Israel-Hamas.
Mereka marah dan menolak tuduhan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bahwa dua jurnalis yang tewas dalam serangan Israel di akhir pekan kemarin adalah 'teroris'.
Kematian jurnalis Al Jazeera, Hamza Dahdouh dan reporter lepas Mustafa Thuraya memicu keributan di antara warga Palestina di Gaza hingga kalangan aliasi pers di luar negeri.
Hamzah adalah putra koresponden Al Jazeera Arab terkemuka, Wael Dahdouh.
IDF mengatakan bahwa mereka adalah anggota kelompok militan Palestina, pernyataan ini pun mendapat kecaman global.
Israel lalu merilis dokumen yang mencantumkan Dahdouh sebagai anggota Jihad Islam Palestina, dikutip dari NBC News.
Tel Aviv mengklaim memiliki bukti lain yang lebih rinci mengenai Thuraya yang menjabat sebagai komandan Hamas.
NBC News belum memverifikasi tuduhan atau dokumen yang dikeluarkan oleh IDF.
IDF sendiri tidak menanggapi permintaan informasi dan bukti lebih lanjut.
Upaya Palsu Menyesatkan
Jaringan Media Al Jazeera membagikan pernyataan kepada NBC News, mengatakan mereka mengecam keras dan sepenuhnya menolak, dan menyatakan keterkejutan mereka terhadap klaim Israel.
Al Jazeera menyebut tindakan Israel sebagai upaya palsu dan menyesatkan untuk membenarkan pembunuhan Hamza Wael Al-Dahdouh dan jurnalis lainnya.
Baca juga: Putra Sulung Jurnalis Al Jazeera Wael Al-Dahdouh Tewas Dirudal Israel: Selamat Tinggal yang Pahit
"Israel mempunyai sejarah yang terkenal dalam membuat tuduhan palsu dan memalsukan bukti," kata Al Jazeera.
Jaringan Media itu lalu menyerukan agar komunitas internasional turut mendesak IDF bertanggung jawab.
Pembunuhan Jurnalis
Israel telah dikritik atas pembunuhan jurnalis selama dan sebelum perang Israel-Hamas, termasuk Shireen Abu Akleh, koresponden Al Jazeera.
Israel awalnya mengatakan Shireen Abu Akleh dibunuh pada 11 Mei 2022 oleh tembakan pihak Palestina.
Tapi penyelidikan independen, termasuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyimpulkan bahwa Shireen dibunuh oleh IDF.
IDF kemudianmengubah pernyataan mereka dan mengatakan mungkin mereka berada dibalik pembunuhan Shireen.
Sebelum perang, The Committee to Protect Journalists, sebuah organisasi nirlaba Amerika yang memantau kebebasan pers, mendokumentasikan setidaknya 20 kasus pembunuhan jurnalis oleh IDF, dan tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab.
CPJ mengatakan kepada NBC News bahwa IDF tidak konsisten dalam narasinya mengenai pembunuhan jurnalis pada hari Minggu.
Sejauh ini 72 jurnalis Palestina telah terbunuh sejak perang dimulai, menurut Komite Perlindungan Jurnalis.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)