TRIBUNNEWS.COM - Militer Amerika Serikat (AS) kembali melancarkan gelombang serangan rudal ke situs-situs yang dikuasai Houthi, Rabu (17/1/2024).
Serangan AS tersebut menandai keempat kalinya dalam seminggu bahwa mereka secara langsung menargetkan Houthi di Yaman.
Diberitakan The Guardian, serangan tersebut diluncurkan dari Laut Merah.
AS melancarkan serangan setelah sebuah pesawat tak berawak yang diluncurkan dari daerah yang dikuasai Houthi menghantam kapal milik AS di Teluk Aden.
Kantor berita Saba yang dikuasai Houthi mengatakan, daerah yang menjadi sasaran AS adalah Hodeidah, Taiz, Dhamar, al Bayda, dan Saada.
Kelompok media tersebut mengklaim, pesawat Inggris juga terlibat dalam serangan tersebut.
Serangan AS Mengenai 14 Rudal Houthi
Serangan AS yang diluncurkan dari Laut Merah mengenai 14 rudal yang dianggap oleh komando tersebut sebagai “ancaman yang akan segera terjadi”.
Serangan tersebut menyusul pengumuman resmi pada hari Rabu bahwa AS telah memasukkan kembali kelompok Houthi ke dalam daftar teroris global yang ditetapkan secara khusus.
Sanksi yang diberikan bersamaan dengan penetapan resmi tersebut dimaksudkan untuk memutus kelompok ekstremis kekerasan dari sumber pendanaan mereka.
“Pasukan melakukan serangan terhadap 14 rudal Houthi yang didukung Iran yang dimuat untuk ditembakkan di wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman,” ungkap Komando Pusat AS dalam sebuah pernyataan, Rabu, dikutip dari AP News.
“Rudal-rudal yang berada di jalur peluncuran ini menghadirkan ancaman nyata terhadap kapal dagang dan kapal Angkatan Laut AS di wilayah tersebut dan dapat ditembakkan kapan saja, sehingga mendorong pasukan AS untuk menggunakan hak dan kewajiban yang melekat pada mereka untuk membela diri," lanjutnya.
Baca juga: Houthi: AS Sebut Houthi Sebagai Teroris, Itu Takkan Menghalangi Upaya Mereka untuk Membela Palestina
Houthi Serang Kapal Dagang
Kelompok Houthi mulai menyerang kapal dagang pada November 2023, dengan mengatakan bahwa mereka menanggapi operasi militer Israel di Gaza.
Sebagai tanggapan, AS dan Inggris melancarkan gelombang serangan udara terhadap puluhan sasaran Houthi pada 11 Januari 2024.
Serangan tersebut yang didukung oleh Australia, Bahrain, Belanda, dan Kanada, dimulai setelah pasukan Houthi mengabaikan ultimatum untuk menghentikan serangan mereka di wilayah tersebut.