Dijelaskan oleh KCNA, Korea Utara telah mengembangkan senjata nuklir ini pada 2021 lalu. Sistem ini dilaporkan telah menjalani sekitar 50 putaran pengujian di belakang layar selama dua tahun terakhir.
Senjata tersebut diciptakan untuk “memeriksa keunggulan militer dan teknologi tentara agresor imperialis dan mengacu pada Amerika Serikat.
Pyongyang mengatakan pihaknya menghadapi situasi keamanan yang “berbahaya” karena adanya latihan militer yang dipimpin AS dengan Korea Selatan, yang berulang kali dikecam oleh DPRK sebagai latihan invasi.
Ia menambahkan bahwa sikap permusuhan Washington menjadikan “penting bagi kita untuk memprioritaskan penguatan kekuatan nuklir secara kuantitatif,” dan menekankan perlunya “pencegahan perang yang lebih kuat.”
Latihan Gabungan yang Bikin Korut Lakukan Tandingan
Sebelumnya tiga negara yaitu AS, Korsel dan Jepang dikabarkan melakukan latihan gabungan terbesar yang pernah ada di wilayah tersebut.
Dilaporkan AP News, diplomat senior ketiga sekutu tersebut akan bertemu di Seoul untuk membahas memburuknya kebuntuan dengan Pyongyang.
Pelatihan di perairan pulau Jeju Korea Selatan, yang melibatkan kapal induk AS, bertujuan untuk mempertajam kemampuan pencegahan dan respon gabungan negara-negara tersebut terhadap ancaman nuklir, rudal dan bawah air Korea Utara, dan juga pelatihan untuk mencegah pengangkutan senjata pemusnah massal ilegal melalui laut.
Namun tidak disebutkan secara spesifik apakah pelatihan tersebut mencerminkan kekhawatiran mengenai dugaan transfer senjata Korea Utara ke Rusia untuk membantu perang negara tersebut di Ukraina.