TRIBUNNEWS.COM - Wabah penyakit Hepatitis A kini mulai menyerang kompleks pengungsian warga Palestina di Jalur Gaza. Hal tersebut diungkap langsung oleh Kementerian Kesehatan Palestina.
Dalam laporannya Kementerian Kesehatan Palestina menjelaskan penyebaran epidemi Hepatitis A terjadi imbas dari kepadatan luar biasa yang terjadi di kamp pengungsian, pasca warga Gaza mulai mengungsi secara besar-besaran.
Namun karena situasi kamp yang tak memadai, memaksa jutaan pengungsi hidup dalam keterbatasan.
Kondisi kian diperparah lantaran kamp pengungsian mulai dilanda krisis air bersih karena sumber air di jalur Gaza telah tercemar.
Alhasil jutaan penduduk Gaza mengalami kesulitan mendapatkan air bersih hingga mereka terpaksa mengkonsumsi air tak layak minum yang telah tercampur limbah.
Tak hanya itu, imbas krisis air yang dihadapi para pengungsi sejumlah fasilitas sanitasi yang dibangun berdampingan dengan kamp mulai mengalami penumpukan limbah.
Situasi ini yang membuat penyakit Hepatitis A di Gaza menyebar dengan cepat lewat kontaminasi makanan dan air yang dikonsumsi para pengungsi.
“Epidemi Hepatitis A telah merebak di Jalur Gaza karena kepadatan yang berlebihan diperparah dengan penumpukan sampah di pengungsian,” kata Kementerian Kesehatan Gaza dikutip dari Anadolu Ajansı.
Imbas blokade yang dilakukan tentara Israel, jutaanya nyawa pengungsi Gaza mulai terancam karena kesulitan untuk mendapat akses kesehatan.
Kementerian Kesehatan Palestina bahkan terpaksa menangguhkan tes hitung darah lengkap (CBC) lantarankurangnya alat medis yang diperlukan.
Baca juga: Tak Ada Tempat Aman di Gaza, 85 Persen Warga jadi Pengungsi
Anak–anak di Gaza Berpotensi Alami Stunting dan Gizi Buruk
Tak krisis air, jutaan warga Gaza juga mengalami ancaman krisis pangan.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengungkap, saat ini sebanyak jutaan rumah tangga di Jalur Gaza menderita kerawanan pangan akibat aksi blokade yang dilakukan militer Israel.
“Sebelum 7 Oktober, sebanyak 33 persen penduduk menghadapi kerawanan pangan. Kini dapat kami pastikan bahwa 100 persen penduduk sudah menghadapinya,” kata Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu.
Meski akses masuk di pintu perbatasan Rafah yang memisahkan Gaza dan Mesir telah diperlonggar.