Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Perusahaan kapal pesiar mewah Royal Caribbean membatalkan sebagian turnya ke Timur Tengah demi menghindari kawasan Laut Merah yang memanas akibat serangan Houthi Yaman.
“Perusahaan telah membatalkan dua pelayaran seiring dengan meningkatnya serangan terhadap kapal oleh milisi Houthi. Sejauh ini tim keamanan global kami terus memantau dengan cermat dan kami akan melakukan perubahan tambahan jika itu diperlukan,” kata Royal Caribbean dikutip dari Reuters.
Pengumuman itu dirilis Royal Caribbean mengikuti langkah perusahaan pengapalan peti kemas seperti Orient Overseas Container Line (OOCL) asal Hongkong serta Moller-Maersk dari Denmark yang telah memutuskan untuk menghentikan semua pengiriman container hingga batas waktu yang tak ditentukan.
Hal serupa juga dilakukan perusahaan kapal pesiar asal Swiss-Italia MSC Cruises yang turut membatalkan tiga perjalanan tour wisata menuju Afrika Selatan, Uni Emirat Arab, serta Eropa pada bulan April mendatang karena dampak dari krisis Laut Merah.
“Keselamatan penumpang dan awak kapal adalah prioritas nomor satu dan karena tidak ada rencana perjalanan alternatif, sayangnya perusahaan harus membatalkan perjalanan tersebut.” kata MSC Cruises.
“Nantinya ketiga kapal tersebut akan berpindah langsung ke Eropa tanpa ada penumpang di dalamnya dan menghindari transit melalui Laut Merah,” imbuh juru bicara MSC Cruises.
Baca juga: AS Makin Ketar-ketir, IRGC dan Hizbullah Bantu Houthi di Laut Merah, Bakal Suplai Drone hingga Rudal
Meskipun ribuan penumpang akan terkena dampak akibat pembatalan tour rute Timur Tengah, untuk mencegah amukan penumpang, Todd Elliott, CEO agen perjalanan Cruise Vacation Outlet yang berbasis di Florida mengatakan perusahaan akan mengganti perjalanan wisata di wilayah Timur Tengah dengan destinasi lain.
Sebagai informasi, ketegangan ini pertama kali terjadi sejak November tahun lalu, tepatnya pasca Israel melakukan agresi ke Hamas hingga menyebabkan korban tewas di Gaza melonjak mencapai 24.000 ribuan jiwa.
Baca juga: Pemerintah Yaman Tak Sanggup Hadapi Houthi, Minta Bantuan Barat Gelar Operasi Darat
Pejabat Houthi beranggapan blokade dan penyerangan yang mereka lakukan adalah bentuk protes terhadap agresi Israel di Gaza, Palestina.
Serangan itu mengakibatkan pasar global dihantui ancaman inflasi lantaran sejumlah perusahaan pelayaraan mulai menaikan biaya pengiriman kargo hingga 1 juta dolar untuk setiap perjalanan pulang pergi antara Asia dan Eropa Utara.
Baca juga: AS Lancarkan Serangan Petang terhadap Houthi, Kerahkan Jet Tempur dan Hancurkan Rudal
Berbagai cara telah dilakukan Amerika dan Inggris untuk menekan Houthi, termasuk melakukan negosiasi. Akan tetapi Houthi Yaman menegaskan bahwa pihaknya akan terus aksi serangan ke kapal – kapal dagang dan baru berhenti jika Israel menyetop agresi di Gaza.