Namun kenyataannya faksi perlawanan Palestina masih berkuasa di wilayah tersebut.
Sementara itu, pejabat Humas PIJ, Haitham Ghazlan, mengatakan jumlah kematian tentara Israel yang sebenarnya jauh lebih tinggi dari 24 tentara yang diumumkan tewas.
"Operasi baru-baru ini membuktikan bahwa agresi terhadap rakyat Palestina tidak akan mudah, dan bahwa pendudukan Israel akan membayar mahal akibat perang agresif ini," katanya, dikutip dari Al Jazeera.
"Tentara serta perwira Zionis tidak dapat melanjutkan tugas mereka di Jalur Gaza tanpa ditahan. bertanggung jawab," lanjutnya.
24 Tentara Israel Tewas
Sebelumnya dilaporkan 24 tentara Israel tewas dalam pertempuran sengit melawan faksi perlawanan Palestina di daerah Al-Maghazi, Jalur Gaza tengah pada Senin.
Dua bangunan runtuh menimpa tentara Israel di dekat pagar perbatasan di Jalur Gaza tengah akibat tembakan anti-tank oleh faksi perlawanan Palestina.
Penembakan itu mengaktifkan ranjau dan menyebabkan ledakan besar yang merobohkan gedung itu.
Sebelum tewas, para tentara Israel memasang jebakan di 10 rumah dengan ranjau.
Setelah tewasnya 24 tentara, Israel mengirim unit khusus untuk mengevakuasi tentaranya yang tewas dan terluka di bawah reruntuhan bangunan.
Segera setelah Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), Israel meluncurkan serangan besar-besaran di Jalur Gaza.
Kematian warga Palestina di Jalur Gaza mencapai 25.474 jiwa sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (22/1/2024) dan 1.147 kematian di wilayah Israel.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel