"Pengirim harus menunggu lebih lama hingga kapal tiba di pelabuhan, dan kontainer juga akan menghabiskan lebih banyak waktu di pelabuhan," kata Williams.
"Jadwal akan terlewat karena semakin banyak kapal yang berlayar. Kargo akan berada di pelabuhan lebih lama, sehingga menimbulkan tantangan operasional. Tapi kita belum melihat hal ini di sini," timbuhnya.
Rakyat Malaysia Diminta Siap Hadapi Inflasi
Belum diketahui secara pasti kapan konflik Laut Merah mereda, namun Federasi Produsen Malaysia (FMM) memperingatkan eksportir dan importir untuk bersiap menghadapi kenaikan tarif angkutan bahkan hingga tiga kali lipat di tahun ini.
Hal ini akan berdampak pada naiknya harga barang dan jasa yang kemudian dapat memicu lonjakan inflasi.
Senada FMM, mitra kesepakatan ekonomi dan kebijakan PwC Malaysia, Patrick Tay Soo Eng juga memperingatkan masyarakat Malaysia untuk menghadapi pelemahan ekonomi.
Lantaran ekspor dan impor Malaysia sebagian besar bergantung pada perdagangan laut dengan masing-masing berjumlah sekitar 53,5 persen dan 60 persen
"Harga barang impor juga akan mulai meningkat karena biaya pengiriman yang lebih tinggi, mengingat lebih dari 50 persen total perdagangan kita dilakukan melalui laut, setiap gangguan dalam rantai pasokan global akan meningkatkan biaya berbisnis di Malaysia," jelas pengamat lokal Mohd Afzanizam.