TRIBUNNEWS.COM -- Negara-negara anggota NATO yang berbatasan dengan Rusia dianggap berlebihan atau 'lebay'.
Mereka menyiapkan bunker, parit, ranjau dan pengamanan gigi naga untuk mengantisipasi datangnya tentara Kremlin ke negeri mereka.
Sementara Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius memperingatkan negaranya menghadapi serangan langsung dari Rusia pada 2025 mendatang.
Baca juga: Alasan Ukraina Tak Penuhi Gudang Amunisi: Rusia Tahu Tempat Kami Simpan Senjata
Pistorius beranggapan Moskow bakal menyerang anggota NATO setelah meraih kemenangan besar atas Ukraina.
Akan tetapi anggapan adanya ancaman tersebut disanggah oleh NATO. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menepis adanya ancaman Rusia terhadap negara NATO.
Stoltenberg pada Selasa (23/1/2024) mengatakan hal itu.
“Kami tidak melihat adanya ancaman langsung atau segera terhadap sekutu NATO mana pun,” kata Sekjen NATO kepada wartawan dikutip dari Russia Today.
Meski demikian jelasnya, para sekutunya perlu terus waspada dan memantau dengan cermat apa yang dilakukan Rusia.
"Kami telah meningkatkan kewaspadaan dan kehadirannya di bagian timur aliansi. Untuk mencegah serangan terhadap negara-negara sekutu.
Baca juga: Inggris Kirim Foto ke PBB, Diduga Korea Utara Suplai Roket Balistik ke Rusia untuk Invasi ke Ukraina
Jerman Siapkan Kemungkinan Perang
Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius juga memperingatkan pada hari Senin bahwa negaranya harus siap menanggapi kemungkinan serangan Rusia meskipun saat ini belum ada ancaman nyata.
“Pencegahan adalah satu-satunya cara efektif untuk memposisikan diri melawan agresor sejak awal,” kata Pistorius kepada ZDF, sambil menyerukan kepada Jerman dan sekutu NATO-nya untuk berkomitmen memperkuat kemampuan militer mereka.
Tetangga Bangun 600 Bunker
Sebelumnya tiga tetangga Rusia yaitu Estonia, Latvia dan Lithuania, juga telah menandatangani proyek pembangunan ratusan bunker. Setidaknya mereka berencana membangun 600 bunker di perbatasan.
Mereka bertemu di Riga (Slavia) dan menyepakati rencana pembangunan apa yang mereka sebut “instalasi pertahanan anti-mobilitas” di perbatasan timur mereka “untuk mengusir kemungkinan agresi Rusia.”
Tiga negara pecahan Uni Sovyet tersebut dalam keadaan waspada sangat tinggi terhadap Rusia.