“Bisa dibilang itu (hadiah) seperti tiket masuk, tiket pertemuan (dengan Kim),” tuturnya.
Lantaran dinilai tidak berperan dalam pemerintahan sang suami, Choi pun bekerjasama dengan wartawan lepas untuk membuat video rekaman tersembunyi tersebut.
“Orang normal mungkin berkata, ‘pendeta, maaf saya tidak dapat menemui Anda jika Anda memberikan (hadiah) ini,” ujarnya.
Hingga rekaman dan wawancara ini terbit, Kantor Kepresidenan Korsel atau Blue House belum memberikan tanggapan atau laporan resmi terkait skandal yang menerpa Kim.
Kendati demikian, menurut seorang pejabat Blue House, pertemuan Choi dengan Kim bertujuan untuk melakukan perekaman secara ilegal.
Pejabat tersebut pun menuding bahwa Choi memanfaatkan relasi keluarganya agar dapat bertemu dengan Kim.
Sementara soal hadiah barang mewah yang diterima Kim, pejabat itu mengklaim telah disimpan sebagai milik pemerintah dan bukan milik Kim.
Bikin Sulit Partai Yoon Jelang Pemilu
Di sisi lain, skandal ini turut berdampak luas terhadap partai di mana suami Kim bernaung yaitu Partai Kekuatan Rakyat (PPP).
Dampak yang dimaksud yaitu PPP khawatir kursinya di parlemen tergerus akibat skandal istri Yoon tersebut.
Padahal dalam waktu dekat yaitu April 2024, pemilu bakal digelar di Negeri Ginseng tersebut.
Imbasnya, beberapa anggota PPP sampai mendesak Yoon dan Kim melakukan permintaan maaf secara terbuka atas skandal yang dikenal warga Korsel sebagai “skandal tas Dior” tersebut.
Baca juga: Kim Jong Un Perintahkan Penghancuran Monumen Persatuan Korut-Korsel
Anggota PPP pun turut mendesak agar Kim mengakui telah menerima hadiah tersebut.
Bahkan, skandal ini pun sampai berbuntut munculnya petisi dari sekelompok anggota PPP yang berisi tuntutan agar Yoon mengundurkan diri sebagai pimpinan partai.
“Ini adalah sebuah bom politik. Risiko Kim Keon Hee akan semakin besar,” ujar analis politik Korsel, Rhee Jong Hoon.
Kini, Kim pun dikhawatirkan telah melanggar undang-undang anti suap dan gratifikasi buntut skandal tas Dior ini.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)