TRIBUNNEWS.COM - Para perunding Amerika Serikat (AS) mengklaim membuat kemajuan terkait kemungkinan perjanjian yang menyatakan bahwa Israel akan menghentikan operasi militer melawan Hamas di Gaza selama dua bulan.
Dua pejabat senior pemerintahan AS mengatakan, perjanjian itu dengan imbalan pembebasan lebih dari 100 sandera yang ditangkap dalam serangan 7 Oktober terhadap Israel.
Para pejabat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya itu mengatakan, ketentuan-ketentuan yang muncul dalam perjanjian yang belum terselesaikan tersebut akan dilaksanakan dalam dua tahap.
Pada tahap pertama, pertempuran akan dihentikan agar para sandera perempuan, lansia, dan korban luka yang tersisa dapat dibebaskan oleh Hamas, seperti diberitakan AP News.
Israel dan Hamas kemudian akan menyusun rincian selama 30 hari pertama jeda untuk fase kedua di mana tentara Israel dan warga sipil akan dibebaskan.
Kesepakatan yang muncul juga menyerukan Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Meskipun kesepakatan yang diusulkan tidak akan mengakhiri perang, para pejabat AS berharap kesepakatan tersebut dapat menjadi landasan bagi resolusi konflik yang tahan lama.
Dikutip dari Al Jazeera, Kepala Badan Intelijen Pusat AS akan berusaha untuk mencapai kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata sementara antara Hamas dan Israel.
Direktur CIA William Burns akan membahas rincian penting dari perjanjian yang muncul ketika dia bertemu di Prancis pada hari Minggu dengan Kepala badan intelijen Mossad Israel, David Barnea; Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani; dan Kepala Intelijen Mesir, Abbas Kamel untuk pembicaraan yang berpusat pada negosiasi pertukaran tahanan.
Burns berada di Paris untuk menghadiri pembicaraan tingkat tinggi setelah penasihat senior Gedung Putih Brett McGurk menghabiskan sebagian besar minggu lalu di Timur Tengah untuk melakukan pembicaraan.
Jika Burns melihat kemajuan, Presiden Biden diperkirakan akan segera mengirim McGurk kembali ke wilayah tersebut untuk mencoba dan menyelesaikan kesepakatan.
Baca juga: Frustasi Didemo Keluarga Sandera Israel, Netanyahu: Protes Ini Tidak Ada Gunanya
Dilansir Sky News, lebih dari 1,9 juta warga Gaza telah mengungsi sejak 7 Oktober 2023.
Sebuah 'kota' tenda seluas hampir dua mil persegi telah didirikan di Rafah, di selatan Jalur Gaza.
Tidak ada makanan atau pasokan medis yang diizinkan memasuki wilayah tersebut, termasuk produk sanitasi.