TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tawaran terbaru dari Hamas mengenai gencatan senjata dan pengembalian tahanan, Rabu (7/2/2024).
Meski begitu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan masih ada ruang untuk negosiasi menuju kesepakatan, lapor Reuters.
Hamas mengusulkan gencatan senjata selama 4,5 bulan atau 135 hari, di mana semua sandera akan dibebaskan, Israel menarik pasukannya dari Gaza dan kesepakatan harus dicapai untuk mengakhiri perang.
Tawaran Hamas tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh Reuters, merupakan tanggapan terhadap proposal sebelumnya yang dibuat oleh kepala mata-mata AS dan Israel dan kemudian disampaikan ke Hamas pekan lalu oleh mediator Qatar dan Mesir.
Netanyahu menyebut posisi Hamas “delusi”.
Ia justru berjanji lagi untuk menghancurkan Hamas.
Namun Blinken masih optimis kesepakatan akan tercapai.
Blinken mengindikasikan bahwa proses pembentukan perjanjian gencatan senjata bukanlah hal yang sia-sia.
“Jelas ada kelompok yang belum memulai apa yang Hamas ajukan,” kata Blinken pada konferensi pers larut malam di sebuah hotel di Tel Aviv, tanpa merinci apa saja yang belum dimulai.
"Tetapi kami juga melihat ruang untuk melakukan negosiasi, untuk melihat apakah kami bisa mencapai kesepakatan."
"Itulah yang ingin kami lakukan."
Blinken sebelumnya bertemu dengan para pemimpin Qatar dan Mesir pada hari Selasa (6/2/2024) dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah pada hari Rabu.
Baca juga: Begini Respons Kantor PM Netanyahu atas Usulan Hamas Gencatan Senjata 135 Hari, Dibagi 3 Tahap
Seorang pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menyebut pernyataan Netanyahu menunjukkan niatnya untuk melanjutkan konflik di wilayah tersebut.
Pejabat Hamas lainnya, Osama Hamdan, mengatakan delegasi Hamas yang dipimpin oleh pejabat senior Hamas Khalil Al-Hayya akan melakukan perjalanan pada hari Kamis ke Kairo untuk melakukan pembicaraan gencatan senjata dengan mediator Mesir dan Qatar.