Namun, pihak berwenang menolak mengomentari spekulasi tersebut.
“Identitas pelaku dan motif mereka masih menjadi subjek penyelidikan," kata kantor kejaksaan Jerman kepada kantor berita AFP.
Para analisis mengaku tidak terkejut bahwa tiga negara tersebut merahasiakan penyelidikan.
Pada Maret, The New York Times menulis bahwa para pejabat AS telah melihat intelijen mengindikasikan adanya “kelompok pro-Ukraina” yang bertanggung jawab, tanpa sepengetahuan Zelensyy.
Der Spiegel, media Jerman fokus pada Andromeda..
Menurut laporan, paspor palsu yang digunakan untuk menyewa kapal pesiar.
Identitas penyewa mengarah ke seorang tentara Ukraina, sementara biaya sewa dibayar oleh sebuah perusahaan yang terdaftar di Polandia yang memiliki hubungan dengan seorang wanita di Kyiv.
Pada bulan Juni, The Wall Street Journal melaporkan Jerman sedang mencoba mencocokkan sampel DNA yang ditemukan di kapal tersebut “dengan setidaknya satu tentara Ukraina”.
Journal juga mengatakan bukti yang ditemukan dalam penyelidikan tersebut antara lain data dari peralatan radio dan navigasi Andromeda, satelit dan ponsel, serta akun Gmail yang diduga digunakan oleh pelaku.
Media Denmark melaporkan sebuah kapal angkatan laut Rusia yang khusus menangani operasi kapal selam, SS-750, difoto di dekat lokasi ledakan beberapa hari sebelum serangan.
Para ahli tidak mengesampingkan operasi “bendera palsu” yang dilakukan Rusia, dan ada petunjuk yang sengaja diberikan untuk menyalahkan Ukraina.
Sebagai catatan, operasi bendera palsu atau operasi kambing hitam adalah perbuatan dengan maksud menyamarkan pihak yang sebenarnya bertanggung jawab dan menjadikan pihak lain sebagai kambing hitam.
Seoran analis di Pusat Studi Eropa Timur Stockholm, Andreas Umland mengatakan ia mengeklaim hanya Rusia “yang paling mungkin” menjadi pelakunya.
Sebab, setiap dugaan keterlibatan Kyiv dalam serangan terhadap infrastruktur energi Eropa dapat mengancam dukungan sekutu, yang akan menguntungkan Rusia.
"Moskow mungkin berusaha membunuh dua burung dengan satu batu”, kata Umland.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)