News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Sebut 4 Batalion Hamas Ada di Rafah, Netanyahu Ungkit Soal Amalek: Pemusnahan Massal Warga Sipil?

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto dari udara menunjukkan tenda-tenda pengungsi Palestina di Kota Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, 31 Desember 2023.

Sebuat 4 Batalion Hamas Ada di Rafah, Netanyahu Ungkit Soal Amalek: Pemusnahan Massal?

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan pasukan darat tentara Israel (IDF) segera melakukan operasi di Kota Rafah, Gaza Selatan.

Kantor Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat (9/2/2024), telah menginstruksikan tentara IDF untuk menyiapkan rencana relokasi penduduk sipil Palestina dari Jalur Gaza selatan.

Baca juga: Mesir Siagakan 40 Tank dan Puluhan Lapis Baja di Perbatasan Sinai Saat Israel Akan Serbu Rafah

Fakta bahwa lebih dari satu juta warga sipil Palestina yang mengungsi di kota Rafah dan berpotensi mengakibatkan bencana kemanusiaan lebih parah lagi tak membuat Netanyahu menarik perintah itu.

Netanyahu justru menegaskan perintah ke IDF untuk 'membongkar' setiap batalion sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, di wilayah Rafah.

Dia menyebut, Brigade Al Qassam masih memiliki kekuatan besar di Rafah, dengan ribuan personel di wilayah tersebut.

“Tidak mungkin mencapai tujuan perang untuk melenyapkan Hamas dan meninggalkan empat batalyon Hamas di Rafah,” kata pernyataan itu.

“Di sisi lain, jelas bahwa operasi besar-besaran di Rafah memerlukan evakuasi warga sipil dari zona pertempuran,” tambahnya.

Baca juga: Komandan Peleton Pasukan Khusus IDF Tewas Saat Israel Klaim Gaza Utara Terkendali

Asap mengepul selama pemboman Israel di Khan Yunis dari Rafah di Jalur Gaza selatan pada 30 Januari 2024. (AFP)

Evakuasi Cuma Basa-basi

Perintah Netanyahu untuk mengevakuasi warga sipil Palestina sebelum IDF menyerbu Rafah dinilai banyak pihak cuma basa-basi dan formalitas.

Rekam jejak di Perang Gaza, IDF justru menembaki koridor yang mereka siapkan bagi pengungsi Palestina saat meminta warga sipil Palestina pindah ke Selatan saat menggempur Gaza Selatan, Oktober silam.

Terlebih, rencana mengevakuasi lebih dari 1 juta orang dalam tempo cepat adalah hal yang mustahil dilakukan.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza “sekarang berdesakan di Rafah tanpa tempat tujuan,”.

Dia memperingatkan kalau para pengungsi Palestina saat ini “tidak memiliki rumah” dan “tidak punya harapan.”

Peringatan Israel sebelumnya kepada warga Palestina untuk meninggalkan Gaza utara dan berlindung di selatan tidak memberikan keamanan bagi warga sipil, karena Israel mengebom jalur evakuasi yang diusulkan dan yang dianggap sebagai zona aman.

Warga Palestina memeriksa kerusakan di kamp pengungsi Al-Maghazi setelah serangan Israel pada 25 Desember 2023 (Mahmud HAMS / AFP)

Ungkit Soal Amalek 

Perintah evakuasi warga sipil Palestina dari Netanyahu ini makin diragukan ketulusannya mengingat sang perdana menteri beraliran Ultranasionalis ini juga menyerukan 'pemusnahan' jutaan warga Palestina di Gaza, daerah kantong yang terkepung.

Dalam seruan itu, Netanyahu mengungkit soal Amalek.

“Anda harus ingat apa yang telah dilakukan orang Amalek terhadap Anda, kata Kitab Suci kami – kami ingat,” kata Netanyahu dalam beberapa kesempatan.

Menurut New York Times, yang dia maksud Amalek adalah “musuh kuno bangsa Israel, yang dalam kitab suci ditafsirkan oleh para ilmuan sebagai seruan untuk memusnahkan ‘pria dan wanita, anak-anak dan bayi’.”

Bulan lalu, kelompok bantuan Inggris Oxfam mengatakan kalau militer Israel membunuh 250 warga Palestina setiap hari.

Selain ancaman keselamatan jiwa karena serangan Israel, warga sipil Palestina juga menghadapi ancaman kelaparan, penyakit, dan kedinginan.

Rencana apa pun untuk mengevakuasi warga sipil kemungkinan besar hanya bersifat dangkal, mengingat hingga hari Minggu, rencana tersebut belum disiapkan.

CNN melaporkan, Brigadir Jenderal Dan Goldfuss, kepala Divisi ke-98 angkatan dara IDFt, mengatakan kalau dia yang ditugasi untuk mengerjakan rencana tersebut “jika dan ketika” dia menerima perintah untuk mengirim pasukannya ke daerah tersebut.

"Dan hingga Minggu (pekan lalu), perintah tersebut belum dikeluarkan," tulis laporan cnn.

(oln/cnn/memo/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini