Hamas pun mendesak warga Palestina untuk melawan pembatasan Israel terhadap situs suci umat Islam itu.
Pernyataan Hamas menggambarkan pembatasan akses ke Al-Aqsa sebagai bentuk kelanjutan kriminalitas Zionis dan perang agama yang dipimpin oleh kelompok pemukim ekstremis.
Hamas meminta warga Palestina di Israel, Yerusalem, dan Tepi Barat yang diduduki untuk menolak keputusan "kriminal", melawan arogansi dan kekuarangajaran pendudukan, dan melakukan mobilisasi untuk melindungi Masjid Al-Aqsa.
Israel sering menetapkan aturan untuk membatasi jumlah jamaah di situs tersebut, dengan alasan-alasan keamanan.
Pasukan Israel sebelumnya telah melakukan serangan kekerasan di lokasi tersebut, terutama selama bulan Ramadan.
Perang Israel-Hamas sudah berlangsung empat bulan terakhir, terhitung sejak 7 Oktober 2023.
Pemboman dan invasi darat Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 29.000 orang, menurut pihak berwenang Palestina.
Hal ini juga telah membuat sebagian besar wilayah Gaza menjadi puing-puing dan lebih dari 80 persen penduduknya mengungsi, menurut laporan sebuah kelompok bantuan.
Negosiasi mengenai potensi gencatan senjata dan pertukaran sandera dengan tahanan tampaknya terhenti dalam beberapa pekan terakhir.
Netanyahu secara terbuka menggambarkan tuntutan Hamas sebagai “delusi”.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)