TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai perang Israel di Gaza pada Selasa (20/2/2024).
Dengan veto ini, AS menghalangi permintaan gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza.
Negara-negara Arab, yang dipimpin oleh Aljazair, mengajukan rancangan resolusi tersebut ke pemungutan suara pada Selasa.
Tiga belas anggota dewan memberikan suara mendukung rancangan undang-undang tersebut, dikutip dari Asharq Al-Aswat.
“Pemungutan suara yang mendukung rancangan resolusi ini merupakan dukungan terhadap hak hidup warga Palestina. Sebaliknya, pemungutan suara yang menentang rancangan resolusi ini menyiratkan dukungan terhadap kekerasan brutal dan hukuman kolektif yang menimpa mereka,” kata Duta Besar Aljazair untuk PBB, Amar Bendjama, kepada dewan sebelum pemungutan suara.
Sementara Inggris abstain dalam sidang tersebut.
AS adalah satu-satunya negara yang memberikan suara menentang rancangan undang-undang terkait gencatan senjata di Gaza.
Ini adalah ketiga kalinya Amerika Serikat memveto resolusi DK PBB sejak Israel menyerang Gaza 7 Oktober 2023.
Resolusi DK PBB hanya dapat diadopsi ketika 9 suara setuju dan tidak ada veto dari lima anggota tetap yaitu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia atau Tiongkok.
Pada hari Sabtu, Duta besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield telah memberi isyarat akan memveto resolusi DK PBB.
Menurutnya, resolusi ini akan menambah kekhawatiran yang akan membahayakan perundingan antara AS, Mesir, Israel, dan Qatar yang berupaya menengahi jeda perang dan pembebasan sandera yang ditahan.
Ia juga mengatakan gencatan senjata tanpa syarat akan memperburuk keadaan.
Baca juga: AS Ajukan Resolusi DK PBB, Serukan Gencatan Senjata Sementara di Gaza, Tolak Rafah Diinvasi
“Menuntut gencatan senjata segera dan tanpa syarat tanpa kesepakatan yang mengharuskan Hamas melepaskan sandera tidak akan menghasilkan perdamaian yang bertahan lama. Sebaliknya, hal itu bisa memperpanjang pertempuran antara Hamas dan Israel,” katanya.
Ia menolak klaim bahwa veto tersebut adalah upaya AS untuk menutupi invasi darat Israel ke kota Rafah di Gaza paling selatan, tempat sekitar 1,4 juta pengungsi berlindung.