Perang Lawan Hizbullah Lebanon Bisa Bikin 60 Persen Teritorial Israel Gelap Gulita Tanpa Listrik
TRIBUNNEWS.COM - Media Israel mengungkap isi laporan pemerintah mereka yang menunjukkan, Israel berisiko menghadapi 'situasi pemadaman listrik' akibat perang habis-habisan yang potensial terjadi melawan kelompok Hizbullah Lebanon.
Sebuah laporan menyebut, dokumen itu juga memperingatkan kematian ribuan pasien akibat pemadaman listrik di Israel.
Baca juga: Pertama dalam Sejarah, Israel Buat Sabuk Keamanan di Utara: Hizbullah Bikin Kiryat Shmona Kosong
Situs web saluran Israel Kan 11 merilis laporan oleh koresponden urusan politiknya, Michael Shemesh, yang mengungkap rekaman Menteri Kesehatan Israel.
Laporan itu memperingatkan tentang skenario yang belum pernah terjadi sebelumnya—pemadaman listrik yang berkepanjangan di seluruh wilayah, situasi yang belum pernah dialami oleh Israel.
Laporan tersebut menyatakan, kalau hal ini masuk dalam skenario referensi dari Otoritas Darurat Israel yang masuk dalam bagian kontijensi kegawatdaruratan perang.
Baca juga: Pertempuran Hizbullah vs IDF Sengit di Lebanon Selatan, Permukiman Israel di Utara Kini Kosong
"Itu adalah ikhtisar yang sangat rinci tentang apa yang bisa terjadi di Israel jika perang habis-habisan terjadi di front utara dengan Lebanon.”
Menteri Kesehatan Uriel Buso dan Direktur Jenderal Kementerian, Moshe Bar Siman Tov, mempresentasikan skenario rinci kepada seluruh otoritas Israel pada Selasa (20/2/2024) malam.
Poin utama dari skenario ini dipublikasikan di buletin malam Kan 11.
Seperti dilansir media tersebut, Israel bersiap menghadapi pemadaman listrik berulang kali yang mempengaruhi lebih dari 60 persen wilayahnya, yang masing-masing berlangsung sekitar 48 jam.
Selain itu, gangguan listrik setempat diperkirakan akan berlangsung hingga tiga minggu.
Baca juga: Hizbullah Menggila, Lipat Gandakan Serangan Roket 500 Kg, Pemukim Israel Panik Tanah Berguncang
Puluhan Ribu Pasien Terancam Tewas
Dalam sesi tersebut, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan menyatakan, "Jika setiap orang memenuhi tanggung jawab mereka, jika terjadi skenario pemadaman listrik, kita dapat menghadapi situasi di mana sejumlah besar warga Israel mungkin kehilangan nyawa."
Menurut laporan tersebut, para pejabat senior di layanan darurat Israel sangat prihatin terhadap “pasien yang bergantung pada alat bantu pernapasan buatan dan mereka yang memiliki kondisi pernapasan” jika terjadi pemadaman listrik yang meluas dan berkepanjangan.
Perkiraan mereka menunjukkan bahwa ada sekitar 35.000 pasien dalam kondisi seperti itu.
Laporan tersebut mengungkapkan, Kementerian Kesehatan Israel telah meluncurkan pengadaan generator dalam skala besar yang akan berdampak pada individu yang bergantung pada alat bantu pernapasan buatan dan mereka yang membutuhkan bantuan pernapasan.
Selain itu, kementerian telah mendesak pihak berwenang untuk mendirikan pusat energi dan oksigen.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk mencegah runtuhnya sistem layanan kesehatan.
Baca juga: Drone Nyelonong ke Halaman Rumah Petinggi Israel, Hizbullah Temukan Celah Terobos Pertahanan IDF
Situs web Israel itu mengatakan, “Semakin panas suhu di wilayah utara, semakin besar risiko yang dihadapi Israel,”.
Dalam laporannya, ulasan media itu juga berharap kalau “skenario ekstrem ini tidak akan pernah terjadi.”
Dua hari lalu, media Israel melaporkan pemadaman listrik yang meluas di banyak wilayah Palestina yang diduduki pada tanggal 18 Februari, termasuk di Haifa, Safad, dan Dimona.
Pemadaman listrik, yang juga terjadi pada “Bnei Brak, Petah Tikva, dan Be’er Sheva,” disebabkan oleh “kerusakan teknis” di salah satu pembangkit listrik dan bukan karena serangan siber, demikian klaim outlet berita tersebut.
Media itu juga mencatat kalau 120.000 warga Israel hidup tanpa listrik saat pemadaman listrik terjadi.
Para pejabat Israel sebelumnya telah memperingatkan , dalam perang apa pun yang akan datang, Hizbullah mungkin akan menargetkan kekuatan entitas tersebut, sehingga menyebabkan pemadaman listrik yang berkepanjangan bagi ratusan ribu pemukim.
(oln/almydn/*)