WHO mengatakan diperkirakan 130 pasien yang sakit dan terluka serta setidaknya 15 dokter dan perawat masih berada di rumah sakit itu.
Jonathan Whittall, kepala Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) di wilayah pendudukan Palestina, pada Selasa (20/2/2024) menyebut situasi di Rumah Sakit Nasser bagaikan tempat kematian, bukan pemulihan.
“Para pasien putus asa; rumah sakit telah menjadi tempat kematian, bukan tempat penyembuhan,” kata Whittall.
"Pasien yang sangat membutuhkan berada dalam kondisi yang sangat buruk."
Qudra mengatakan bahwa Israel juga telah menghancurkan 126 ambulans.
Meskipun beberapa ambulans yang beroperasi di wilayah Rafah masih ada, situasi kesehatannya sangat buruk, ujarnya.
Ia juga menyoroti bahwa lebih dari 150 personel medis ditahan oleh pasukan Israel, termasuk direktur rumah sakit di Gaza utara dan Khan Younis.
Selain puluhan pasien yang menerima perawatan di dalam rumah sakit, pasukan Israel menangkap 70 anggota staf dan manajemen Kompleks Medis Nasser.
Selama berminggu-minggu, tentara Israel meningkatkan agresi militernya terhadap sistem kesehatan di Khan Younis.
Akibatnya, ribuan pengungsi Palestina meninggalkan Rumah Sakit Al-Amal dan Kompleks Medis Nasser di kota tersebut.
Sejak 7 Oktober, Israel telah melancarkan serangan besar di Jalur Gaza, menewaskan lebih dari 29.000 orang, kebanyakan anak-anak dan perempuan, menurut data Palestina dan PBB.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)