TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan kembali menyerang warga Palestina di Jalur Gaza yang sedang mengantre bantuan kemanusiaan.
Menurut juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina, Ashraf al-Qudra, serangan Israel itu dilakukan di kawasan bundaran Kuwait, selatan Kota Gaza, pada hari Minggu, (3/3/2024).
Puluhan orang dilaporkan tewas akibat serangan Israel itu.
“Pasukan pendudukan Israel sedang menjalankan genosida sistematis terhadap ribuan perut yang kelaparan di Gaza utara,” kata Al-Qudra, dikutip dari Palestine Chronicle.
Adapun hingga kini belum ada tanggapan dari pasukan Israel mengenai laporan serangan itu.
Serangan tersebut terjadi tiga hari setelah peristiwa pembantaian yang disebut sebagai “pembantaian tepung”.
Dalam tragedi itu ada 118 warga Palestina yang tewas, sementara korban luka mencapai 760 orang.
Sementara itu, Al Jazeera melaporkan dalam serangan terbaru ini Israel menargetkan truk pembawa bantuan makanan.
Tidak ada kendaraan pembawa bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke area utara tanpa ada koordinasi sebelumnya dengan militer Israel.
AS dituding beri Israel lampu hijau
Seorang pejabat tinggi Hamas mengklaim Amerika Serikat (AS) telah memberi Israel lampu hijau atau izin untuk menembaki warga Gaza dalam tragedi "pembantaian tepung".
Baca juga: Faksi Palestina Desak Digelarnya Kampanye Banjir Ramadan untuk Halangi Israel, Apa Itu?
"Pembantaian tepung" adalah peristiwa penembakan oleh Israel terhadap warga Gaza yang tengah mengantre bantuan makanan di Jalan Al-Rashid beberapa hari lalu.
Jumlah korban tewas dalam pembantaian tepung dilaporkan mencapai 118 jiwa.
Ketika diwawancarai The New Arab, pejabat Hamas itu menyebut Israel dan AS berkoordinasi dalam perang di Gaza, terutama di Gaza bagian utara.
“Perang [yang menggunakan metode] kelaparan yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan [Israel] terhadap warga Jalur Gaza, terutama di utara, sepenuhnya dikoordinasi, antara pemerintah AS dan pemerintah pendudukan,” kata pejabat itu, dilansir The Palestine Chronicle yang mengutip The New Arab.
“Pembantaian yang dilakukan pemerintah pendudukan di Jalan Al-Rashid di Gaza, saat penyaluran bantuan, mendapat lampu hijau dari AS, yang bertujuan menekan Hamas untuk membuat konsesi dalam meja perundingan yang akan melucuti apa yang diperoleh warga Palestina dan Hamas pada 7 Oktober,” katanya menambahkan.
Dia menyebut Hamas tengah menyiapkan respons final yang akan disampaikan kepada para juru penengah dalam perundingan Israel-Hamas.
Kata dia, Hamas tetap menginginkan pembebasan warga Palestina yang ditahan serta sosok yang menjadi simbol perjuangan warga Palestina.
Kemudian, Hamas berkomitmen untuk meningkatkan aliran bantuan ke Gaza, rekonstruksi atau pembangunan kembali, jumlah bantuan untuk warga sipil, dan gencatan senjata sepenuhnya.
Pejabat itu turut menyampaikan kondisi Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza.
“Pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Yahya Sinwar, berada dalam kondisi sehat,” ujarnya.
Dia berujar Sinwar masih berkomunikasi dengan para pemimpin Hamas yang kini berada di luar negeri.
Menurut dia, Brigade Al-Qassam yang menjadi sayap militer Hamas juga berada dalam kondisi bagus.
“Kondisi Brigade Al-Qassam di medan sangat baik. Gerakan perlawanan itu kehilangan kurang dari 20 persen kemampuan materialnya, dan dalam korban jiwa, jauh lebih kecil daripada yang disampaikan tentara Israel.”
(Tribunnews/Febri)