TRIBUNNEWS.COM - Bayi kembar berusia lima bulan tewas dalam serangan udara Israel di Rafah, sang ibu mengungkapkan telah menjalani program hamil selama 10 tahun hingga akhirnya bisa melahirkan keduanya.
Kedua bayi itu, Naeim dan Wissam Abu Anza, serta enam anak-anak lainnya, termasuk di antara 14 warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel pada akhir pekan kemarin.
Ayah bayi kembar itu juga meninggal dalam serangan yang sama, dikutip dari The Guardian.
Si kembar, satu laki-laki dan perempuan, lahir kurang dari seminggu setelah perang Israel-Gaza meletus pada 7 Oktober 2023.
Rania Abu Anza menceritakan detik-detik keluarganya direnggut serangan udara Israel malam itu.
Pada hari Sabtu (2/3/2024), Abu Banza terbangun sekitar pukul 22.00 waktu setempat lalu menyusui bayinya.
Ia kemudian kembali tidur sambil memeluk kedua bayinya, sang suami ada di samping mereka.
Selang satu setengah jam kemudian, ledakan meruntuhkan rumahnya.
"Saya berteriak memanggil anak-anak dan suami saya," katanya kepada Associated Press, sambil menangis dan memeluk selimut bayi di dadanya.
"Mereka semua tewas. Ayah mereka juga meninggalkan saya," lanjutnya.
Selain suami dan bayi kembarnya, Abu Anza juga kehilangan seorang saudara perempuan, keponakan, sepupu yang sedang hamil, dan kerabat lainnya.
Baca juga: Petinggi IDF Unit Juru Bicara Mundur Berjamaah, Militer Israel Tak Sepakat Soal Penyerbuan Rafah
“Saya kehilangan orang-orang yang saya sayangi,” kata Rania Abu Anza.
“Saya ingin keluar dari negara ini. Aku lelah dengan perang ini," ucapnya.
Seorang anggota keluarga, Farouq Abu Anza, mengatakan sekitar 35 orang tinggal di rumah tersebut.