TRIBUNNEWS.COM - Seorang rabi Israel mendesak pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak di Jalur Gaza. Dia menganggapnya hal itu sebagai respons terhadap ajaran halakha atau hukum Yahudi.
Ucapan tersebut disampaikan Rabbi Eliyahu Mali di hadapan murid-muridnya dan videonya beredar luas viral di media sosial.
“Dalam perang mitzvah, dalam situasi kami di Gaza, sesuai dengan hukum yang mengatakan, 'Tidak setiap jiwa akan hidup,' dan logikanya sangat jelas: jika Anda tidak membunuh mereka, mereka akan membunuh Anda,” kata Mali dalam video yang beredar, menutip Palestine Chronicle.
Bahkan, tanpa dasar Rabi Yahudi tersebut menyatakan bahwa para pejuang Palestina adalah ‘teroris’ yang dicetak oleh para perempuan Gaza.
"Siapapun yang datang untuk membunuhmu, bunuh dia dulu."
“Siapa pun yang datang untuk membunuh Anda dengan konsep ini tidak hanya mencakup pemuda berusia 16, 18, 20, atau 30 tahun yang kini menodongkan senjata kepada Anda, tetapi juga generasi mendatang (anak-anak Gaza), dan mereka yang memproduksinya (perempuan Gaza),” ungkapnya.
Diketahui, Mali mengepalai sekolah agama Shirat Moshe di Jaffa, di Israel tengah.
Rabi Yahudi tersebut memberikan doktrin pada generasi muda di Israel untuk melakukan genosida di Gaza.
Para siswa Mali bertugas di militer Israel.
Seruan untuk membunuh dan membersihkan etnis warga Palestina tidak hanya terbatas pada ekstremis agama, tapi juga disebarkan oleh pejabat tinggi Israel, menteri, dan tentara Israel.
Update Jumlah korban Meninggal di Gaza
Baca juga: Sandera Israel di Gaza Tewas Lagi Dibunuh IDF, Brigade Al-Qassam: Serangan Udara Kejam Zionis
Hingga detik ini Israel masih terus melakukan penyerangan terhadap warga sipil di Gaza, hingga menyebabkan kematian.
Setidaknya 30.960 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza.
Dan 72.524 lainnya terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok, mengutip Anadolu Agency.
Israel juga telah memberlakukan blokade yang melumpuhkan di Gaza, menyebabkan penduduknya, terutama penduduk Gaza di wilayah utara tempat penembakan pada 29 Februari terjadi, berada di ambang kelaparan.
Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)