News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Karikatur Surat Kabar Perancis Panen Kecaman karena Olok-olok Kelaparan Warga Gaza Saat Ramadan

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

UNRWA memperingatkan akan potensi kelaparan akut di Gaza saat bantuan kemanusiaan tak kunjung datang.

Kartun Surat Kabar Perancis Panen Kecaman karena Olok-olok Kelaparan Warga Gaza Saat Ramadan

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah kartun yang menggambarkan kelaparan warga Palestina di Gaza selama bulan suci Ramadan, yang diterbitkan di harian Prancis, Liberation, memicu kemarahan di media sosial.

Publik dunia maya juga ramai-ramai mengecam harian tersebut karena mengolek-olok “genosida” pasukan Israel di wilayah kantong yang terkepung.

Kartun berjudul “Ramadhan di Gaza – Awal Bulan Puasa” ini digambar oleh Corinne Rey, mantan kartunis majalah satir ternama, Charlie Hebdo.

Baca juga: AS Mau Kerahkan 1.000 Tentara Bangun Pelabuhan Gaza, Awal Pengusiran Total Rakyat Palestina?

Gambar tersebut menggambarkan sebuah kota yang hancur di latar belakang dan sebuah tangan mencuat dari reruntuhan, sementara seorang pria yang terengah-engah mengejar dua tikus dan serangga di jalan.

Seorang wanita duduk di jalan bersama seorang anak laki-laki yang kelaparan di sampingnya dan dengan marah memperingatkan pria yang sedang berlari tersebut, dengan mengatakan, “Jangan sebelum matahari terbenam,” mengacu pada praktik pelaksanaan puasa sepanjang hari dalam Islam.

Pengguna media sosial meninggalkan komentar marah di postingan Liberation di X, mengungkapkan kemarahan mereka terhadap kartun tersebut yang mengejek “genosida”.

Banyak pengguna yang percaya bahwa kartun tersebut jelas-jelas mengejek warga Gaza, yang kehilangan kebutuhan dasar dan bantuan kemanusiaan, sehingga membuat mereka kelaparan.

Kelaparan Jadi Senjata Perang

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menyebut kelaparan digunakan sebagai senjata perang di Gaza.

Hal tersebut disampaikan oleh Josep saat berpidato di depan Dewan Keamanan PBB di New York, Amerika Serikat (AS), Selasa (12/3/2024).

Mulanya, ia menyatakan bahwa Uni Eropa tengah berjuang maksimal untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

“Kita sekarang melihat penduduk yang berjuang untuk kelangsungan hidup mereka sendiri.”

“Bantuan kemanusiaan perlu masuk ke Gaza, dan Uni Eropa berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkannya," ujar Josep dikutip dari BBC Internasional.

Lebih lanjut, Josep berujar, guna mengirimkan bantuan itu, cara-cara alternatif melalui laut dan udara mesti ditempuh.

Ini karena pengiriman bantuan secara normal melalui jalur darat mengalami berbagai hambatan.

Menurutnya, kelaparan yang digunakan sebagai senjata perang di Gaza harus dikutuk.

“[Krisis kemanusiaan] adalah ulah manusia dan ketika kita mencari cara alternatif untuk memberikan dukungan melalui laut, udara, kita harus mengingatkan [diri kita sendiri] bahwa kita harus melakukannya karena cara alami untuk memberikan dukungan melalui jalan raya sedang ... ditutup secara artifisial (tidak alami)."

“Kelaparan digunakan sebagai senjata perang dan ketika kita mengutuk kejadian di Ukraina, kita harus menggunakan kata-kata yang sama untuk apa yang terjadi di Gaza,” sambungnya.

Sementara itu, PBB telah memperingatkan, setidaknya ada 576.000 orang di Gaza atau seperempat dari populasi yang berada di ambang kelaparan.

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah itu mengatakan, sedikitnya 27 orang dan banyak di antaranya anak-anak, meninggal akibat kekurangan gizi dan dehidrasi di rumah sakit di wilayah Gaza dalam dua minggu terakhir.

Baca juga: Anak -anak Gaza di Kamp Jabalia Antre demi Ubi Rebus dan Wortel untuk Menu Berbuka Puasa

Bantuan sedang dalam perjalanan

Saat ini, sebuah kapal yang berisi bantuan pangan, yang sebelumnya berlabuh di Siprus hampir sebulan lamanya, telah berlayar ke Gaza.

Kapal Open Arms ini diperkirakan meninggalkan pelabuhan Larnaca pada Selasa (12/3/2024) pagi.

Kapal yang dimiliki oleh badan amal yang bernama Proactiva Open Arms ini menarik sebuah tongkang yang berisi sekitar 200 ton tepung, beras, protein, serta air dan obat-obatan.

Open Arms melaju dengan kecepatan sekitar 3,7 knot sehingga perjalanan yang biasanya memakan waktu sekitar 15 jam, kemungkinan akan menjadi dua hari lebih.

Sebagai informasi, misi bantuan pangan ini, yang sebagian besar didanai oleh Uni Emirat Arab, dijalankan oleh badan amal World Central Kitchen (WCK) yang berbasis di Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, Proactiva Open Arms selaku pemasok kapal merupakan badan amal asal Spanyol.

“Tujuan kami adalah membangun jalur maritim yang dipenuhi kapal dan tongkang yang berisi jutaan makanan yang terus bergerak ke Gaza,” kata Pendiri WCK, Jose Andres, dan kepala eksekutifnya, Erin Gore, dilansir The Guardian.

Berdasarkan pernyataan WCK dan media Israel, Open Arms akan berlabuh di dermaga di pantai Gaza Utara

Dermaga tersebut saat ini sedang dibangun oleh badan amal tersebut.

WCK mengatakan pihaknya membuat dermaga dengan material dari bangunan dan puing-puing yang hancur.

Menurut jaringan radio Kan Israel, WCK dan lembaga bantuan lainnya --atas izin dari militer Israel-- dalam beberapa hari terakhir bekerja untuk meratakan pantai.

Diharapkan, dermaga yang dibangun itu memungkinkan bantuan untuk diturunkan dan diangkut dengan truk di Gaza.

Disebutkan pula ada tambahan bantuan yang dikumpulkan di Siprus, sebanyak 500 ton, juga akan dikirim ke Gaza.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini