TRIBUNNEWS.COM - Rusia telah menolak permintaan Israel untuk memantau dan mencegah lewatnya pengiriman senjata melalui Suriah kepada kelompok Hizbullah di Lebanon.
Utusan presiden Rusia untuk Suriah, Alexander Lavrentiev, berkata kepada media Rusia pada Rabu (13/11/2024) kemarin bahwa permintaan semacam itu akan memerlukan pendirian pos pemeriksaan baru di sepanjang perbatasan.
Menurutnya, itu adalah sesuatu yang berada di luar mandat pasukan Rusia di Suriah.
Alexander Lavrentiev mengklaim kehadiran pasukan Rusia di Suriah semata-mata terkait dengan operasi kontraterorisme di negara itu.
"Tanggung jawab ini seharusnya dibebankan langsung kepada otoritas Lebanon dan pemerintah Suriah," kata Alexander Lavrentiev.
Ia menegaskan Rusia tidak mampu mempengaruhi masalah ini.
"Memenuhi komitmen tersebut akan menjadi sangat menantang, bahkan dari sudut pandang praktis, kami tidak dapat menjamin hal ini," katanya.
"Kami beroperasi di wilayah Suriah yang berdaulat dan independen, dan kami tidak dapat membangun penghalang fisik untuk memastikan penutupan semua rute ini," tambahnya, seperti diberitakan The New Arab.
Rusia mempertahankan kehadiran militer yang signifikan di Suriah, mengoperasikan beberapa pangkalan dan mendirikan pos pemeriksaan di area strategis.
Kehadiran militer Rusia di Suriah memberikan dukungan penting bagi rezim Presiden Bashar al Assad.
Presiden Bashar al Assad berupaya merebut kembali sebagian besar wilayah yang pernah dikuasai oleh pasukan oposisi Suriah sejak perang saudara pada tahun 2011.
Baca juga: Rusia Minta Israel Tahan Serangan ke Lokasi Dekat Pangkalan Moskow di Suriah
Rusia Bantah Tuduhan Israel soal Pangkalan Hmeimim Dipakai Hizbullah
Alexander Lavrentiev juga membantah laporan bahwa pangkalan udara Hmeimim Rusia di dekat Latakia, Suriah, digunakan untuk memasok senjata Iran kepada kelompok Lebanon.
Ia menggambarkan laporan tersebut sebagai rumor dan menjelaskan kepada Israel bahwa serangan apa pun yang akan dilakukan di dekat pangkalan itu tidak dapat diterima.
Perwakilan Rusia itu mengatakan pangkalan militer tersebut menampung bantuan kemanusiaan dari Iran untuk warga sipil Lebanon yang mengungsi ke Suriah karena agresi Israel.