Selain itu, distribusi di Gaza juga terhambat.
Para pejabat PBB mengatakan konvoi bantuan sering ditolak oleh pasukan Israel.
Kondisi di wilayah utara, yang sebagian besar berada di bawah kendali Israel selama berbulan-bulan, kini semakin memprihatinkan.
Seluruh distrik di Kota Gaza dan sekitarnya telah menjadi puing-puing oleh pasukan Israel.
Namun, ratusan ribu warga Palestina masih tersisa.
Daging, susu, sayur-sayuran dan buah-buahan hampir mustahil ditemukan, menurut beberapa warga yang berbicara kepada AP.
Beberapa barang di toko-toko dijual dengan harga yang sangat mahal – terutama kacang-kacangan, makanan ringan, dan rempah-rempah.
Orang-orang mengambil bertong-tong coklat dari toko roti dan menjualnya dalam jumlah kecil.
Kebanyakan orang memakan rumput liar yang tumbuh di lahan kosong, yang dikenal dengan nama “khubaiza”.
Fatima Shaheen, 70 tahun, yang tinggal bersama kedua putranya dan anak-anak mereka di Gaza utara, mengatakan khubaiza rebus adalah makanan utamanya.
Ia dan keluarganya juga telah mengolah makanan yang dimaksudkan untuk makanan kelinci sebagai tepung.
Baca juga: Pertama Kalinya dalam 3 Minggu, Tim Bantuan PBB Berhasil Mencapai Kota Gaza
“Kami sangat ingin mendapatkan sepotong roti,” kata Shaheen.
Sementara itu, bantuan yang diberikan melalui udara baru-baru ini oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain, memberikan jumlah bantuan yang jauh lebih rendah dibandingkan pengiriman truk, sehingga hal ini menjadi jarang dan terkadang berbahaya.
UNRWA mengatakan pihak berwenang Israel tidak mengizinkan mereka mengirimkan pasokan ke wilayah utara sejak 23 Januari.
Ketika militer Israel mengatur pengiriman makanan ke Kota Gaza pekan lalu, pasukan yang menjaga konvoi tersebut malah melepaskan tembakan ke arah warga Palestina yang kelaparan.
Sekitar 120 orang tewas dalam penembakan tersebut.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)