TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan Ukraina berniat mengganggu pemilu presiden Rusia yang digelar pada 15-17 Maret 2024.
Putin menggambarkan serangan militan Ukraina di perbatasan Rusia adalah salah satu contohnya.
Ia mengutuk serangan itu dan bersumpah akan membalasnya.
"Untuk mengganggu proses pemungutan suara dan mengintimidasi masyarakat, setidaknya di wilayah yang berbatasan dengan Ukraina, rezim neo-Nazi Kyiv telah merencanakan dan mencoba melakukan serangkaian aksi kriminal bersenjata yang demonstratif,” kata Putin dalam pertemuan dengan anggota tetap Dewan Keamanan Nasional Rusia, Jumat (15/3/2024) malam.
Putin mengatakan tindakan Ukraina sebagai hal yang tidak masuk akal dari sudut pandang militer, dan kriminal dari sudut pandang kemanusiaan.
"Eskalasi ini juga dapat digunakan sebagai aksi publisitas bagi Kyiv untuk menunjukkan kepada publik Ukraina dan pendukung negara-negara Barat sejumlah keuntungan militer," kata Putin menyatakan dugaannya.
Menurutnya, serangan itu hanya untuk mengalihkan perhatian rakyat Ukraina.
“Tujuan lain yang mungkin dari tindakan tersebut adalah untuk mengalihkan perhatian rakyat mereka sendiri dan masyarakat di negara lain, yang rezim Kyiv coba minta uang dan segala macam bantuan, untuk mengalihkan perhatian dari situasi nyata di garis depan," lanjut presiden Rusia itu.
Putin mengatakan ia mendapat laporan tentang pengerahan kekuatan militer Ukraina ke perbatasan.
"Menurut perkiraan kami, militer Ukraina telah mengerahkan lebih dari 2.500 prajurit, sekitar 35 tank dan sekitar 40 kendaraan lapis baja lainnya untuk menyerang beberapa lokasi di sepanjang perbatasan," kata Putin.
Putin mengklaim semua serangan telah berhasil digagalkan, dan pihak Ukraina menderita banyak korban jiwa dan material, dikutip dari RIA Novosti.
Baca juga: Putin Minta Warga di 4 Wilayah Ukraina yang Dicaplok Ikut Milih pada Pemilu Presiden Rusia 2024
Rusia Tuduh Barat Ingin Ganggu Pemilu Presiden
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menuduh negara-negara Barat untuk ikut campur dalam pemilu presiden Rusia.
"Lawan-lawan Moskow di Barat secara aktif mencoba selama setahun terakhir untuk mengganggu pemilihan presiden Rusia," katanya kepada TASS, Sabtu (16/3/2024).
Menurutnya, upaya itu sudah dilakukan sejak tahun lalu.
“Lawan-lawan kami bergejolak bukan hanya seminggu atau sebulan yang lalu. Menurut saya, selama setahun terakhir mereka melakukan segalanya untuk mengganggu pemilu presiden atau mencegah diadakannya pemilu atau mendistorsi konsep pemilu dengan cara yang berbeda-beda,” kata diplomat itu.
Ia menuduh negara-negara Barat mengorganisir kampanye dan pengaruh misinformasi di dunia siber.
Termasuk menyebarkan konten terkait hingga memblokir aplikasi-aplikasi organisasi Rusia di platform digital, yang juga merupakan elemen pengaruh yang sangat serius.
Maria Zakharova mengatakan negara Barat menyewa agen-agen untuk menjadi oposisi Rusia.
"Negara-negara Barat juga menggunakan oposisi berbayar yang ternyata hanyalah agen-agen pengaruh dan hanya orang-orang sewaan,” jelas diplomat tersebut.
“Tetapi tidak ada yang bisa membantu (Barat),” tegasnya.
Menurutnya, persatuan warga Rusia di tengah pemilihan presiden menyebabkan kemarahan Barat, yang mendorong mereka untuk mengganggu pemilu presiden Rusia.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)