Juru Bicara Militer Israel, Daniel Hagari, mengatakan sebelumnya "tidak ada kewajiban" bagi rumah sakit untuk mengevakuasi pasien dan staf medis.
Serangan itu menuai kecaman dari kantor media Gaza.
Kantor media itu mengatakan dalam sebuah pernyataan, pasukan Israel bersenjata lengkap, disertai drone dan tank, melancarkan serangan pada Senin (18/3/2024) dini hari.
Mereka menembaki di dalam kompleks rumah sakit, mengancam nyawa ribuan orang di sana.
Serangan tersebut menunjukkan niat Israel untuk menghancurkan rumah sakit di Gaza, dan menyerukan komunitas internasional "untuk segera melakukan intervensi guna mengekang pendudukan dan menghentikan perang pemusnahan."
30.000 Orang Terjebak di Al-Shifa
Masih dilansir Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan ada sekitar 30 ribu orang - termasuk warga sipil yang mengungsi, pasien terluka, dan staf medis - yang terjebak di RS Al-Shifa di tengah gencarnya serangan Israel.
Dalam pesan berbahasa Inggris di Telegram yang dikirim Israel, dikatakan siapapun "yang mencoba bergerak akan menjadi sasaran peluru sniper dan quadcopter."
Baca juga: Mesir Kecam Niat Israel Serang Rafah: Ini Merugikan Warga Sipil
Kementerian Kesehatan Gaza menambahkan, serangan Israel yang sedang berlangsung di Al-Shifa merupakan kali keempat terhadap rumah sakit itu, sejak 7 Oktober 2023.
Kementerian itu juga mengatakan serangan Israel pada Senin dini hari, mengakibatkan "sejumlah orang mati syahid dan terluka."
Dikatakan ada kendaraan Israel di dalam halaman rumah sakit dan pasukan Israel meluncurkan rudal dan melepaskan tembakan ke gedung bedah khusus Al-Shifa.
Sementara itu, seorang jurnalis Palestina, Wadea Abu Alsoud, merekam kekacauan yang terjadi di Al-Shifa.
"Ini mungkin video terakhirku. Kami sekarang terkepung di RS Al-Shifa," katanya.
Ia juga mendeskripsikan bagaimana serangan Israel terjadi di Al-Shifa.
Alsoud juga meminta doa pada warga dunia semoga ia dan warga sipil Palestina di rumah sakit, bisa keluar dengan selamat.