News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Gedung Putih Konfirmasi Kematian Pemimpin Senior Hamas Marwan Issa

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Marwan Issa. Amerika menyebut pemimpin senior Hamas, Marwan Issa, tewas dalam serangan Israel pekan lalu.

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin senior Hamas, Marwan Issa tewas dalam serangan udara Israel, ungkap pejabat Gedung Putih Jake Sullivan, Senin (18/3/2024).

Sebagai wakil komandan militer Brigade al-Qassam, Marwan Issa menjadi pemimpin paling senior Hamas yang tewas sejak perang dimulai pada 7 Oktober, BBC.com melaporkan.

Hamas belum secara resmi mengomentari laporan kematiannya.

Namun menurut laporan Sunday Kan News, mengutip sumber-sumber Palestina, Hamas secara tertutup membenarkan kematian Marwan Issa.

Sumber media Israel melaporkan bahwa Issa tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan kompleks terowongan di bawah kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah seminggu yang lalu.

Marwan Issa dianggap sebagai salah satu orang paling dicari Israel.

Ia pernah dipenjara oleh Israel selama lima tahun selama Intifada Palestina Pertama dan ditahan oleh Otoritas Palestina pada tahun 1997 hingga dimulainya Intifada Kedua pada tahun 2000.

Militer Israel telah membunuh sejumlah pemimpin senior Hamas sejak 7 Oktober.

(FILES) Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan berbicara selama pengarahan harian di Ruang Pengarahan Brady Gedung Putih di Washington, DC, pada 4 Desember 2023. (Mandel NGAN / AFP)

Pemimpin politik Hamas Saleh al-Arouri tewas dalam ledakan di Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut.

Sullivan, penasihat keamanan nasional Gedung Putih, mengatakan para pemimpin Hamas lainnya diyakini bersembunyi, kemungkinan besar berada jauh di dalam jaringan terowongan Hamas di Gaza.

Di sisi lain, Sullivan juga menekankan bahwa Presiden AS Joe Biden telah menyatakan kekhawatirannya atas meningkatnya jumlah kematian warga sipil di Gaza.

Baca juga: Mayor Jenderal Israel: Kami Kehilangan Sekutu, Kami Juga Telah Kalah Perang dengan Hamas

Pada hari Senin, Biden berbicara dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengenai arah perang.

Biden menegaskan kembali komitmennya terhadap Israel dan haknya untuk menyerang Hamas, menurut Sullivan.

Namun sang presiden juga mengatakan bahwa akan menjadi “kesalahan” bagi militer Israel untuk menyerang Rafah , sebuah kota di Gaza selatan yang diperkirakan dihuni jutaan pengungsi.

"Invasi tersebut akan menyebabkan lebih banyak kematian warga sipil yang tidak bersalah, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan, memperdalam anarki di Gaza dan semakin mengisolasi Israel secara internasional”, kata Sullivan di hadapan wartawan.

Lebih dari 31.000 warga sipil Palestina telah tewas sejak perang dimulai pada 7 Oktober, menurut kementerian kesehatan pimpinan Hamas di Gaza.
Jumlah korban tewas ini menuai kecaman internasional.

Biden mendorong Netanyahu untuk melakukan permainan akhir yang jelas dan strategis di Gaza, kata Sullivan.

“Presiden kembali mengatakan kepada perdana menteri hari ini bahwa kami memiliki tujuan yang sama untuk mengalahkan Hamas, namun kami yakin Anda memerlukan strategi yang koheren dan berkelanjutan untuk mewujudkannya,” katanya.

Biden berhasil membuat pemimpin Israel menyetujui pengiriman delegasinya ke Washington dalam beberapa hari mendatang untuk membahas kekhawatiran AS atas invasi Rafah.

Harapannya adalah Israel akan menunda serangannya sampai pertemuan tersebut diadakan, kata Sullivan.

Netanyahu mengkonfirmasi panggilan tersebut melalui X, mengatakan keduanya telah membahas perkembangan terkini dalam perang serta tujuan Israel dalam konflik tersebut.

Sebelum seruan Biden, para pejabat senior Partai Demokrat di Amerika semakin kritis terhadap Netanyahu.

Pada hari Kamis (14/3/2024), Chuck Schumer, petinggi Partai Demokrat di Senat, menyerukan pemilu baru di Israel.

Schumer mengatakan bahwa Netanyahu memprioritaskan kelangsungan politiknya sendiri dibandingkan kebutuhan negaranya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini