News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Reaksi Dunia Kala Putin Jadi Presiden 5 Kali, Sekutu Ucap Selamat, Inggris: Pemilih Kurang Pilihan

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin. - Berdasarkan perhitungan suara, Vladimir Putin mencatat rekor kemenangan telak pasca-Soviet dalam pemilu, dengan mengumpulkan 87,8 persen suara. Berikut reaksi para pemimpin dunia atas kemenangan Putin:

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini reaksi para pemimpin dunia atas pemilu presiden yang digelar Rusia.

Berdasarkan perhitungan suara pada Minggu (17/3/2024), Vladimir Putin mencatat rekor kemenangan telak pasca-Soviet dalam pemilu, dengan mengumpulkan 87,8 persen suara.

Dengan hasil tersebut, Putin (71) kini mengamankan masa jabatannya sebagai Presiden Rusia untuk kelima kalinya.

Sekutu-sekutu Rusia dengan cepat mengucapkan selamat kepada Presiden Vladimir Putin atas kemenangannya.

Namun para pemimpin Barat mengecam pemungutan suara yang “ilegal” tersebut.

Berikut reaksi para pemimpin dunia atas kemenangan Putin:

1. Reaksi dari para sekutu Vladimir Putin

2. Reaksi dari anti-Putin

  • Britania Raya

    Sementara itu, negara-negara Barat yang anti-Putin bereaksi negatif untuk kemenangan kelima Putin.

    Pertama, sebut saja Menteri Luar Negeri David Cameron, yang mengatakan pemilu Rusia ilegal.

    Menurut Cameron pemilu kali ini menunjukkan “kurangnya pilihan bagi para pemilih dan tidak adanya pemantauan independen dari OSCE".

    “Ini bukanlah pemilu yang bebas dan adil," sentilnya.

  • Amerika Serikat

    Sedangkan AS, melalui Juru Bicara Dewan Keamanan Gedung Putih, Washington menyebut bahwa  pemilu Rusia "jelas tidak bebas dan adil mengingat Putin telah memenjarakan lawan politik dan mencegah orang lain mencalonkan diri melawannya".
  • Uni Eropa

    Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell menegaskan bahwa pemilu tersebut tidak berlangsung “bebas dan adil” tanpa ada oposisi yang dihancurkan atau tidak ada pengamat internasional yang hadir.

    “Pemilu ini didasarkan pada penindasan dan intimidasi,” kata Borrell.
  • Ukraina

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyymenolak hasil tersebut dan menyebutnya tidak sah.

    “Setiap orang di dunia memahami bahwa orang ini, seperti banyak orang lainnya sepanjang sejarah, telah muak dengan kekuasaan dan tidak akan berhenti untuk memerintah selamanya,” katanya.

    “Tidak ada kejahatan yang tidak akan dia lakukan untuk mempertahankan kekuatan pribadinya. Dan tidak seorang pun di dunia ini yang terlindung dari hal ini," lanjutnya.
  • Jerman

    Kementerian Luar Negeri Jerman dalam sebuah unggahan di media sosial menyebut pemilu Rusia semu, tidak bebas dan adil.

    "Hasilnya tidak akan mengejutkan siapa pun. Pemerintahan Putin bersifat otoriter, ia mengandalkan sensor, penindasan, dan kekerasan," papar Jerman.

    “Pemilu di wilayah pendudukan Ukraina adalah batal demi hukum dan merupakan pelanggaran hukum internasional lainnya,” kata Jerman.
  • Italia

    Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani mengatakan “pemilu itu tidak bebas dan tidak adil”.

    “Kami terus mengupayakan perdamaian yang adil yang akan membawa Rusia mengakhiri perang agresi terhadap Ukraina, sesuai dengan hukum internasional.”
  • Republik Ceko

    Menteri Luar Negeri Ceko Jan Lipavsky menyebut pemilu tersebut sebagai “lelucon dan parodi”.

    Dia berkata: “Pemilihan presiden Rusia ini menunjukkan bagaimana rezim ini menindas masyarakat sipil, media independen, dan oposisi."

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini