TRIBUNNEWS.COM -- Pada saat memenangkan pemilihan presiden Rusia pada 2018 lalu, Presiden mendapatkan respon meriah dari dunia.
Seluruh negara Uni Eropa antara lain Austria, Hongaria, Yunani, Spanyol, Italia, Siprus, Luksemburg, Portugal, Slovenia, Finlandia, Prancis, Kroasia, Jerman, Bulgaria, Ceko Republik, Latvia, dan Estonia langsung mengucapkan selamat.
Pada Pilpres 2024 ini, Putin kembali terpilih, bahkan ia mendapatkan 87 persen suara atau menang mutlak dari tiga kandidat lain.
Namun pada pilpres kali ini negara-negara itu bukannya memberikan ucapan selamat. Mereka malah mempertanyakan legitimasi terpilihnya Putin.
Tahun ini, negara-negara Uni Eropa termasuk Jerman, Perancis dan Italia mempertanyakan legitimasi kemenangan Putin, dan banyak pemimpin yang mengutuk pelaksanaan pemilu tersebut.
Negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan UE seperti kompak memusuhi Vladimir Putin dan Rusia setelah negara itu menginvasi Ukraina.
Anggota NATO dan UE menggelontorkan dana besar-besaran membelikan senjata untuk Ukraina memerangi Rusia.
Namun ada dua negara anggota NATO yang tidak mau ikut-ikutan memusuhi Rusia. Para pemimpin negara itu pun mengucapkan selamat atas pilpres Rusia.
Berikut dua negara anggota NATO yang pemimpinnya mengucapkan selamat ke Vladimir Putin:
1. Hongaria (Masuk NATO pada 1999)
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban mengucapkan selamat kepada Vladimir Putin.
“Saya senang bahwa kerja sama antara Hongaria dan Rusia didasarkan pada rasa saling menghormati, yang memungkinkan untuk membahas isu-isu penting bahkan dalam situasi geopolitik yang sangat rumit saat ini,” demikian bunyi surat yang dikirim Orban pada Kamis (21/3/2024), seperti dikutip oleh media milik negara RIA Novosti.
Orban menulis bahwa Hongaria berpihak pada perdamaian, dan menyatakan kesediaannya untuk memperluas kerja sama dengan Moskow.
“Perdana Menteri Hongaria meyakinkan Presiden Rusia bahwa kami siap untuk meningkatkan kerja sama antar negara kami di bidang yang tidak dibatasi oleh hukum internasional,” kata sekretaris pers pemimpin Hongaria.
Orban dikenal sebagai pemimpin negara yang akrab dengan Vladimir Putin dan negaranya berusaha netral dalam perang Rusia-Ukraina.
2. Turki (Masuk NATO pada 1952)
Sejak awal Turki telah memberikan ucapan selamat ke Vladimir Putin. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menelepon langsung Presiden Putin pada Senin (18/3/2024) atau sehari setelah pilpres selesai.
Dalam perbincangan lewat telepon tersebut, Erdogan mendukung terpilihnya Putin. Ia menyuarakan keyakinannya bahwa arah positif dalam hubungan Turki-Rusia akan terus semakin kuat di masa depan, menurut Direktorat Komunikasi Turki.
"Presiden Erdogan menyatakan keyakinannya bahwa evolusi positif hubungan antara Turki dan Rusia terus berlanjut dan menyatakan bahwa Turki siap memainkan peran fasilitator untuk kembali ke meja perundingan dengan Ukraina," kata kepresidenan Turki dalam sebuah pernyataan dikutip dari NDTV.
Sama halnya dengan Hongaria, Turki pun memilih netral dalam perang Rusia. Bahkan Erdogan terus berupaya mendamaikan dua negara. Pada Mei 2023 lalu Turki memfasilitasi upaya perdamaian tersebut. Akan tetapi akhirnya gagal.
Hingga saat ini Erdogan menegaskan Turki siap mengambil peran fasilitator apa pun agar berbagai pihak dapat kembali ke meja perundingan guna membahas terkait perang Ukraina, yang kini memasuki tahun ketiga.
Ketiga negara tersebut memiliki garis pantai di Laut Hitam, yang aksesnya dikuasai Turki melalui Selat Turki.
Erdogan menyambut Zelensky di Istanbul pada awal bulan ini, sementara Putin dijadwalkan mengunjungi Turki pada bulan Februari sebelum dia membatalkan perjalanan tersebut.