TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Bukan ISIS seperti yang dituduhkan pihak Amerika Cs sebagai pihak yang bertanggungjawab di balik serangan teror di Moskow, Rusia, yang menewaskan 137 orang.
Tapi Intelijen Rusia menuduh Amerika Serikat (AS), Inggris Raya, dan Ukraina dalang di balik serangan teror ke Balai Kota Crocus, Moskow pada Jumat (23/3/2024) lalu itu.
Direktur Badan Intelijen Rusia (FSB), Alexander Bortnikov mengatakan serangan teror itu adalah upaya Ukraina untuk menyerang negaranya.
Rusia sendiri telah meluncurkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu.
"Kami yakin ini benar. Dalam kasus apa pun, kami bicara tentang informasi faktual yang kami terima. Ini informasi umum, tetapi mereka punya riwayat panjang tentang hal seperti ini," kata Bortnikov dikutip TASS, Selasa (26/3/2024).
Bortnikov enggan menjelaskan bagaimana ketiga negara tersebut mendalangi serangan teror di Moskow.
Ia sebatas menyebut terdapat banyak informasi umum bahwa "Barat dan Ukraina berusaha menimbulkan kerusakan besar di negara kami."
"Apa yang bisa dilakukan untuk mendemonstrasikan kapabilitas mereka? Mereka sudah diduga akan menyabotase dan melakukan aksi teror di belakang. Inilah yang dilakukan dinas rahasia Ukraina dan dinas rahasia Inggris Raya. Dinas rahasia AS juga berulang kali menyinggung ini," kata Bortnikov.
"Sudah ada serangan-serangan drone, serangan oleh kapal tak berawak di laut, dan serbuan pelaku sabotase serta organisasi teroris ke negara kami."
Pelaku Dibayar Rp 85 Juta
Pihak keamanan Rusia telah menangkap 11 orang yang diduga sebagai dalang serangan membabi buta di lokasi konser musik Moskow, Rusia, Jumat (22/3/2024) lalu.
Termasuk empat orang pelaku yang terlibat langsung dalam penembakan di Balai Kota Crocus itu juga ikut diringkus.
Setelah diinterogasi, seorang pelakumengaku dijanjikan bayaran USD5.400 atau setara Rp 85 juta untuk melakukan aksinya.
Penembakan membabi buta itu menewaskan 137 orang dan tiga korban adalah anak-anak.