TRIBUNNEWS.COM – Para pejabat intelijen Israel sudah mengakui bahwa Israel mungkin tidak akan bisa menghancurkan Hamas di Jalur Gaza.
Menurut mereka, invasi Israel di Gaza terancam gagal karena dukungan internasional menurun.
“Tujuan utama invasi ke Gaza menghadapi kegagalan lantaran dukungan internasional berbalik melawan Israel,” demikian laporan The Telegraph, dikutip dari Palestine Chronicle.
Menurut laporan itu kantong perlawanan “gerilya” tetap bertahan meski pertempuran sengit di Gaza sudah berlangsung selama 5 bulan.
Bahkan, beberapa fasilitas produksi senjata di bawah tanah disebut masih tetap utuh.
Di samping itu, disebutkan bahwa mungkin sudah “terlalu terlambat” bagi Israel untuk menghancurkan batalion Hamas yang masih tersisa.
Para pejabat itu menyalahkan tekanan internasional yang diarahkan kepada Israel.
Kemudian, mereka menegaskan bahwa Israel meyakini kesempatan terbaik untuk melenyapkan Hamas ialah dengan menyerbur Hamas.
Menurut mereka, Amerika Serikat (AS) kini tidak mendukung rencana serangan Israel ke Rafah.
“Jadi, keadaannya kini tidak baik, artinya Israel harus melakukan sesuatu yang dramatis dan drastis untuk mengubah momentum dan situasi,” kata pejabat itu.
PM PA: Israel tak bisa hancurkan Hamas
Baca juga: Sumber Mesir: Israel Tidak Mau Gencatan Senjata Permanen, akan Serang Rafah setelah Lebaran
Pada bulan November 2023 lalu Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammed Shtayyeh mengklaim Israel tak akan bisa melenyapkan Hamas.
Menurut Shtayyeh, hal itu karena Hamas eksis sebuah “ide” atau gagasan dan ada banyak anggotanya yang tidak berada di Gaza.
“Tujuan yang mereka tetapkan, mereka tidak akan pernah mencapai tujuan ini karena Hamas tidak hanya di Gaza,” kata Shtayyeh dikutip dari The Times of Israel.
“Hamas adalah sebuah ide, Hamas tidak hanya struktur militer atau sebuah organisasi di Gaza. Hamas di Tepi Barat dan Lebanon dan Suriah, kepemimpinan Hamas di Qatar dan di setiap tempat. Jadi, katakanlah bahwa tujuan [Israel] melenyapkan Hamas, hal itu tidak akan terjadi,” ujarnya.