Keluarga Sandera Israel Kehilangan Kesabaran, Benjamin Netanyahu Dianggap Menyabotase Perundingan
TRIBUNNEWS.COM- Keluarga tahanan Israel kehilangan kesabaran ketika para pejabat mengatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah ‘menyabotase’ perundingan.
Anggota keluarga tahanan Israel yang ditahan oleh perlawanan Palestina di Gaza semakin frustrasi dengan kegagalan pemerintah mereka mencapai kesepakatan pertukaran dengan Hamas.
Keluarga para tahanan akan mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 28 Maret untuk pertama kalinya sejak Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober.
Beberapa anggota keluarga mengadakan konferensi pers menjelang pertemuan tersebut dan menyatakan kekesalan mereka terhadap Netanyahu dan pemerintahannya.
“Perdana Menteri Netanyahu, tanggung jawab Anda untuk memulangkan putra-putra kami, Ini adalah tanggung jawab Anda. Atas permintaan negara dan pasukan keamanan, kami tetap diam hingga hari ini. Mereka membuat kami takut,” kata salah satu anggota keluarga, mengisyaratkan adanya intimidasi dari pihak berwenang.
“Saat ini, kami memahami bahwa seiring dengan bertambahnya jumlah hari hening, jumlah anak laki-laki yang kembali ke rumah dalam keadaan hidup semakin berkurang,” tambahnya, seraya menyesali bahwa pemerintah telah memilih untuk menempatkan para tahanan di urutan terakhir.
Menurut laporan Haaretz tanggal 28 Maret, Netanyahu sengaja menyabotase upaya mencapai kesepakatan pertukaran.
“Ada semakin banyak tanda-tanda bahwa dia melakukan hampir segala kemungkinan untuk menunda, menunda dan merusak peluang kesepakatan untuk membebaskan para sandera,” laporan itu mengutip sumber intelijen senior di tim perunding Israel Nitzan Alon.
Sementara itu, protes terhadap perdana menteri dan pemerintahan Israel saat ini sedang berlangsung.
Rasa frustrasi ini muncul ketika Netanyahu baru saja meninggalkan putaran perundingan terakhir di Qatar, yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.
Dalam sebuah pernyataan pada tanggal 26 Maret, kantor perdana menteri menyebut tuntutan Hamas untuk perjanjian gencatan senjata sebagai delusi dan menyalahkan perlawanan karena tidak tertarik untuk mencapai kesepakatan.
Hamas terus berpegang pada persyaratannya untuk mengakhiri permusuhan secara permanen, menarik pasukan Israel dari Gaza, mengizinkan distribusi bantuan ke seluruh Jalur Gaza, dan memulangkan para pengungsi, yang telah berulang kali ditolak Israel selama perundingan dalam beberapa bulan terakhir. .
Rasa frustrasi ini muncul ketika perdana menteri baru saja meninggalkan perundingan pertukaran putaran terakhir.
Baca juga: PBB Sahkan Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, Ben-Gvir Malah Serukan Serangan Darat ke Kota Rafah