TRIBUNNEWS.COM, DAMASKUS - Serangan udara Israel menghancurkan bangunan Konsulat Iran di Ibu Kota Suriah, Damaskus, Senin (1/4/2024) waktu setempat.
Serangan terhadap gedung Konsulat Iran mendorong konflik Israel dengan negara tersebut ke titik nadir ambang perang terbuka, mengingat seperti halnya bangunan kedutaan, gedung konsulat juga merupakan ektrateritorial sebuah negara.
Artinya ini bisa dikatakan serangan terbuka Israel ke wilayah kedaulatan Iran.
Dikutip dari berbagai pemberitaan media internasional, di antara korban tewas dalam serangan ini adalah Jenderal Mohammad Reza Zahedi.
Berikut ini adalah sosok Mohammad Reza Zahedi dan peran pentingnya di kawasan tersebut.
Mohammad Reza Zahedi adalah perwira tinggi Garda Revolusi Iran atau IRGC.
Ia disebut memaikan peran penting dalam dukungan Republik Islam terhadap Hizbullah, sebuah organisasi pejuang muslim Syiah yang berpusat di Lebanon.
Reza Zahedi termasuk perwira IRG yang mendapat sanksi dari Departemen Keuangan AS pada tahun 2010.
Amerika menyebutnya sebagai perwira penghubung Hizbullah dan badan intelijen Suriah.
Lebih jauh, Zahedi disebut-sebut bertanggung jawab untuk menjamin pengiriman senjata ke Hizbullah.
Sementara informasi yang dirilis almayadeen, Brigadir Jenderal Syahid Mohammad Reza Zahedi merupakan perwira lahir pada tahun 1960.
Ia bergabung dengan IRGC pada tahun 1980, kurang dari setahun setelah kemenangan Revolusi Islam.
Ia merupakan salah satu pemimpin Pasukan Quds yang paling menonjol.
Brigjen Zahedi adalah Wakil Kepala operasi IRGC.
Ia juga pernah menjabat sebagai pemimpin Angkatan Udara IRGC dari tahun 2005 hingga 2006 dan Angkatan Darat dari tahun 2006 hingga 2008.
Zahedi juga memimpin batalion dan pasukan elite di IRGC selama perang Irak-Iran dan perang di Suriah.
Iran bakal membalas
Beberapa jam setelah serangan udara mematikan Israel, Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri Suriah terlihat di lokasi kejadian.
Mereka langsung membuka saluran komunikasi dengan Teheran lewat panggilan telepon.
Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, dalam sambungan teleponnya mengatakan, Israel bertanggung jawab atas konsekuensi serangan di Damaskus.
"Serangan itu merupakan pelanggaran terhadap semua konvensi internasional."
Israel telah lama menargetkan instalasi militer Iran dan proksinya di Suriah, dan telah meningkatkan serangan tersebut bersamaan dengan kampanyenya melawan kelompok Palestina Hamas yang didukung Iran di Jalur Gaza.
Namun, serangan pada hari Senin ini adalah kali pertama menyasar kompleks diplomatik Iran.
Sementara Duta Besar Iran untuk Suriah, Hossein Akbari, dilaporkan tidak terluka.
Ia menyebut setidaknya lima orang tewas dalam serangan itu seraya memastikan tanggapan Teheran akan "keras".
Sejak konflik dengan Hamas pada tanggal 7 Oktober, Israel telah meningkatkan serangan udara di Suriah terhadap Garda Iran dan kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon yang didukung Teheran.
Seperti diketahui, keduanya mendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
Pada hari Jumat pekan lalu, Israel melancarkan serangan paling mematikan dalam beberapa bulan terakhir di provinsi Aleppo, Suriah utara.
Serangan ini membunuh seorang pejuang senior Hizbullah di Lebanon.
Tel Aviv juga secara teratur menyerang bandara di Aleppo dan Damaskus dalam upaya menghentikan transfer senjata Iran ke proksinya.
Militer Israel mengklaim baru-baru ini telah menghentikan penyelundupan senjata canggih, termasuk pecahan peluru dan ranjau anti-tank, ke Tepi Barat dari Iran.
Dikatakan bahwa senjata-senjata itu ditemukan selama operasi terhadap operasi Hizbullah dan Garda Revolusi Iran yang berbasis di Lebanon, yang dikatakan sedang merekrut agen untuk menyelundupkan senjata dan melakukan serangan di Tepi Barat.