Ribuan orang telah meninggalkan Port-au-Prince dalam beberapa pekan terakhir. Geng-geng sudah menguasai sekitar 90 persen ibukota, dan jika mereka meningkatkan kekerasan di wilayah lain di negara tersebut, mereka dapat memicu eksodus besar-besaran pengungsi ke AS dan Republik Dominika, O’Neill memperingatkan.
Pakar hak asasi manusia ini menyesalkan bahwa Washington tidak menghentikan penyelundupan senjata buatan AS ke Haiti.
“Saya heran Anda tidak bisa membawa makanan atau obat-obatan ke Haiti, namun senjata dan peluru masih masuk,” katanya.
“Saya tidak percaya pemerintah saya tidak bisa memeriksa kapal-kapal yang berangkat dari Sungai Miami dan mengeluarkan setiap senapan dan peluru karena Haiti tidak memproduksi senjata atau peluru apa pun.”
Dia menambahkan, “Jika geng-geng tersebut tidak memiliki senjata atau peluru, mereka akan kehilangan seluruh kekuatannya.”
Penjara Terbuka
Sementara Daily Mail menggambarkan bahwa Haiti telah menjadi 'penjara terbuka' dengan kekerasan 'apokaliptik' yang melanda jalan-jalan tiga minggu sejak perdana menterinya mengundurkan diri, PBB telah memperingatkan.
Anggota geng yang kini berkeliaran di jalan-jalan di negara Karibia yang dilanda perang itu dilengkapi dengan senjata kelas militer yang dikirim secara ilegal dari AS.
Dua pria baru-baru ini dibacok hingga tewas oleh sekelompok orang yang mengira mereka membeli amunisi atau senjata untuk kelompok perampok, kata polisi pada hari Sabtu.
Polisi membenarkan bahwa massa tersebut menculik para pria tersebut dari tahanan polisi setelah mereka ditemukan membawa uang tunai Haiti sebesar $20.000 dan setara dengan $43.000 di dalam mobil mereka, bersama dengan dua pistol dan sekotak amunisi.
Membawa uang tunai sebanyak itu dianggap mencurigakan, dan warga mengira itu adalah pembelian senjata untuk geng.
Seorang wanita melihat mayat-mayat di Port-Au-Price, Haiti, pada 1 April 2024. Situasi di Haiti yang dilanda kekacauan adalah sebuah bencana besar, dengan lebih dari 1.500 orang terbunuh oleh kekerasan geng sepanjang tahun ini.
Pembunuhan itu terjadi hari Jumat di sebuah kota dekat kota provinsi Mirebalais. Polisi tampaknya melepaskan tembakan peringatan ke udara untuk mencegah pembunuhan, namun massa tetap membunuh mereka.
Salah satu korban adalah seorang petugas polisi, dan yang lainnya adalah mantan penjaga, menurut dokumen identitas mereka.
Pembunuhan tersebut menggarisbawahi betapa kalah jumlah polisi di Haiti, dan kemarahan warga Haiti setelah berbulan-bulan pembunuhan, penculikan dan serangan bersenjata oleh geng-geng di negara tersebut.