TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Tiga putra pemimpin Hamas Ismail Haniyeh tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza pada Rabu (10/4/2024) waktu setempat.
Kerabat, media resmi Hamas, dan Haniyeh menuduh Israel militer bertindak sebagai aksi balas dendam dan pembunuhan.
Haniyeh mengkonfirmasi kematian tersebut pada hari Rabu dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera.
Dia mengatakan bahwa putra-putranya menjadi syahid dalam perjalanan menuju pembebasan Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa.
“Musuh kriminal didorong oleh semangat balas dendam dan pembunuhan dan tidak menghargai standar atau hukum apa pun,” katanya dalam wawancara telepon.
Baca juga: 3 Putra dan 3 Cucunya Dibom Israel saat Idul Fitri, Ismail Haniyeh: Mereka Mati Syahid
Saat ini Ismail Haniyeh tinggal di pengasingannya di Qatar, tempat Al Jazeera bermarkas.
Dia mengatakan pembunuhan tersebut tidak akan menekan Hamas untuk melunakkan posisinya terhadap Israel.
Kedua belah pihak telah terlibat dalam perundingan gencatan senjata selama berbulan-bulan.
“Musuh percaya bahwa dengan menargetkan keluarga para pemimpin, hal itu akan mendorong mereka untuk mengabaikan tuntutan rakyat kami,” katanya.
“Siapa pun yang percaya bahwa menargetkan anak-anak saya akan mendorong Hamas mengubah posisinya adalah delusi.”
Stasiun TV Al-Aqsa milik Hamas mengatakan Hazem, Ameer dan Mohammed Haniyeh putra Haniye tewas bersama anggota keluarganya dalam serangan di dekat kamp pengungsi Shati di Kota Gaza.
Al Jazeera melaporkan bahwa beberapa cucu Haniyeh juga termasuk di antara mereka yang kehilangan nyawa dalam serangan tersebut.
IDF mengakui
IDF atau pasukan pertahanan Israel mengkonfirmasi pembunuhan Amir, Muhammad, dan Hazem Haniyeh pada Rabu malam.