TRIBUNNEWS.COM - Iran menolak permintaan mediator dalam beberapa hari terakhir untuk menahan diri dan tidak menanggapi serangan Israel terhadap konsulatnya di Damaskus pada Senin (1/4/2024) lalu.
Sumber tersebut mengatakan pihak Iran memberi tahu mereka bahwa Iran akan merespons dengan menghukum pendudukan Israel.
Sebelumnya, serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah, membunuh tujuh anggota Garda Revolusi Iran (IRGC), termasuk dua jenderal senior.
Dalam wawancara dengan Al-Arabi, sumber Iran yang dirahasiakan identitasnya, mengatakan Iran hanya ingin membalas serangan Israel dan tidak berniat meningkatkan ketegangan di kawasan itu.
Namun, negara-negara Barat yang mendukung Israel berusaha mencegah serangan balasan Iran melalui negosiasi.
"Ada momentum besar dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam kontak diplomatik dengan Iran selama tiga hari terakhir untuk mencegahnya menanggapi pendudukan Israel," katanya, merujuk pada upaya negara lain untuk mediasi Iran-Israel, Kamis (11/4/2024).
"Lebih dari 12 negara dan partai, yang dipimpin oleh negara-negara regional dan Barat, menghubungi pihak Iran, untuk membahas cara-cara mengurangi ketegangan karena ancaman Iran untuk merespons Israel," lanjutnya.
"Mereka membujuk Iran untuk tidak merespons Israel," tambahnya.
Mengenai waktu respons Iran, sumber tersebut menjelaskan bahwa sekelompok kecil pengambil keputusan sudah menyadarinya.
Kecepatan pengambilan keputusan ini menunjukkan adanya keadaan darurat.
"Iran menekankan bahwa kontak diplomatik dengan Teheran sampai saat ini belum berhasil meyakinkan Iran untuk tidak menanggapi Israel karena takut pecahnya perang regional," katanya.
Baca juga: Cerita di Balik Pembantaian Mossad Atas Mohammad Srour, Warga Lebanon Penyalur Dana Iran ke Hamas
Bahkan, perwakilan Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu utama Israel, juga membujuk Iran.
Namun Iran menolaknya dan tetap bersikeras pada niatnya untuk merespons.
Inggris dan Prancis Bujuk Iran agar Tak Serang Israel
"Ada diskusi telepon yang sulit antara Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir Abdollahian, dan beberapa rekan Baratnya, termasuk Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, dan Menteri Luar Negeri Prancis, Stephane Ségournet," ujar sumber itu.