Siap Balas Jika Israel Incar Fasilitas Nuklir Iran, Jenderal IRGC: Fasilitas-Fasilitas Nuklir Zionis Sudah Kami Tandai
TRIBUNNEWS.COM - Iran menyatakan siap menghadapi serangan balik dari Israel, termasuk jika negara pendudukan tersebut mengincar serangan ke fasilitas nuklir Teheran.
Brigadir Jenderal Ahmad Haghtalab, perwira senior Garda Revolusi Iran yang bertugas menjaga situs-situs nuklir mewanti-wanti kalau Iran akan membalas bila Israel mengincar situs nuklirnya.
Haghtalab mengatakan Iran sudah menandai lokasi fasilitas-fasilitas nuklir Israel.
Baca juga: Israel Mau Serang Balik Iran, Rusia Turun Tangan Bekali Teheran Arhanud Canggih dan Jet Sukhoi-35
"Fasilitas-fasilitas nuklir musuh Zionis sudah diidentifikasi dan semua informasi yang diperlukan dari semua target sudah kami miliki," kata Haghtalab kepada kantor berita IRNA, seperti dikutip Al-jazeera, Kamis (18/4/2024).
Mengulangi pernyataan yang dibuat oleh pejabat tinggi militer dan politik Iran, termasuk pemimpin Iran Sayyed Ali Khamenei, Haghtalab menambahkan bahwa Iran siap untuk mengusir agresi Israel terhadap fasilitas nuklirnya dan kemudian membalas serangan tersebut.
Mengekspresikan keyakinan bahwa fasilitas nuklir Iran akan aman dan terjamin, ia menegaskan, sejak awal, Iran siap melawan ancaman dari Israel.
"(Kesiapan Iran) Berkat penggunaan rencana pertahanan pasif, serta senjata paling modern, berkat penyebaran fasilitas nuklir di seluruh Iran, kami siap melawan segala ancaman dari Israel terhadap fasilitas nuklir kami."
"Kami siap menarik pelatuk untuk menembakan rudal yang dapat menghancurleburkan target yang ditetapkan," ujarnya.
Baca juga: Israel Sudah Memutuskan Cara Membalas Iran, Bakal Ada Lagi Petinggi IRGC yang Tewas?
Bakal Ubah Doktrin Nuklir
Haghtalab juga menegaskan, Iran kemungkinan akan mengubah doktrin nuklir mereka di tengah ancaman Israel terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir Teheran.
“Ancaman dari Israel terhadap fasilitas nuklir Iran memungkinkan Iran untuk mempertimbangkan kembali dan menyimpang dari doktrin dan kebijakan nuklir yang dinyatakannya,” kata Ahmad Haghtalab, menurut kantor berita Tasnim.
Hal yang dimaksud perubahan doktrin Iran tersebut, disebut-sebut berupa penutupan sejumlah fasilitas yang terkait pengayaan nuklir.
Iran selama ini mengklaim kalau penggunaan nuklir di negaranya bukan terkait dengan persenjataan, namun klaim perubahan doktrin ini diyakini kalau Iran juga mempertimbangkan mengubah kebijakannya untuk menggunakan nuklir sebagai senjata.
Pada Senin (15/4/2024), kepala International Atomic Energy Agency, Rafael Grossi, mengatakan Iran telah menutup fasilitas nuklirnya untuk alasan keamanan.
Penutupan itu dilakukan bertepatan dengan serangan Iran ke Israel.
Adapun Iran sering menghadapi sanksi internasional, khususnya dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara barat terkait kepemilikan fasilitas nuklir.
Standar Ganda Barat
Sejumlah analis geopolitik menyebut, Iran akan menghadapi sanksi lebih besar dari negara-negara AS dan sekutu Baratnya karena serangan mereka ke Israel.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan secara terbuka mengkritik AS dan negara Barat karena menerapkan standar ganda terhadap Iran.
AS dan sebagian besar negara Barat dinilai menutup mata terhadap agresi Israel terhadap konsulat Iran di Suriah, yang juga mengakibatkan tewasnya tujuh pejabat senior IRGC, termasuk komandan Pasukan al-Quds di Suriah dan Lebanon.
Negara-negara besar di dunia, termasuk Perancis, Jerman, dan Inggris menolak untuk mengutuk serangan tersebut dalam sidang Dewan Keamanan PBB (DK PBB), meskipun hal tersebut merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap Konvensi Jenewa dan daftar panjang hukum internasional.
"Menyusul tanggapan militer Iran baru-baru ini, yang menargetkan pangkalan militer Israel di wilayah pendudukan Palestina yang digunakan untuk menyerang konsulat, negara-negara Barat melancarkan kampanye melawan Teheran. Mereka mengumumkan bahwa mereka akan menjatuhkan sanksi komprehensif baru terhadap Republik Iran," tulis Al-Mayadeen.