Denys Prokopenko, Komandan Brigade Penyerang Azov mengatakan bahwa yang membentuk sikap mereka terhadap unit tersebut di bawah pengaruh propaganda Moskow.
Prokopenko mempertanyakan, tak masuk akal untuk menunjukkan sekali lagi bahwa kata "batalyon Azov" yang digunakan dalam undang-undang sebenarnya mengacu pada unit yang tidak ada.
Menurutnya, pada akhir tahun 2014, Azov tidak lagi menjadi batalion dan menjadi detasemen pasukan khusus yang terpisah. "Sejak Februari 2023, unit kami telah menjadi Brigade Azov Pasukan Khusus ke-12 dari Garda Nasional Ukraina. Bukan batalion, bukan resimen," ujarnya dikutip dari Pravda.
Amandemen inilah, yang berpindah-pindah dari satu RUU Peruntukan ke RUU Peruntukan lainnya dari tahun ke tahun, yang menjadi alasan mengapa Azov tidak memiliki senjata modern Barat pada tahun 2022, selama mempertahankan Mariupol.
"Pada saat itu, kami menahan kekuatan musuh yang unggul di Mariupol yang terkepung, menggunakan sumber daya yang sangat terbatas yang kami miliki, dan kami membuktikan diri kami sangat efektif," jelasnya.
"Berapa banyak nyawa yang bisa diselamatkan dan apa hasil dari pertahanan kota jika, selain motivasi, kohesi, dan profesionalisme kita yang kuat, Azov memiliki kendaraan lapis baja dan sistem artileri modern," tambahnya.
Bahkan setelah tahun 2022, ketika dunia tampaknya akhirnya mengetahui kebenaran tentang Azov, Azov masih tidak dapat mengirim tentara kita ke sebagian besar latihan militer terkemuka Barat dan tidak menerima senjata penting yang diberikan sekutu kita ke Ukraina.
"Masalah ini sebagian diselesaikan oleh para sukarelawan dan warga Ukraina yang teliti yang melakukan yang terbaik untuk membantu unit tersebut: misalnya, proyek sukarelawan Tylovyky mengumpulkan UAH 77 juta untuk 17 pengangkut personel lapis baja FV432 Bulldog untuk Brigade Azov. Namun perang menuntut lebih banyak," jelasnya.