Batalion ini mengandalkan sistem perekrutan sukarela dari berbagai latar belakang seperti ultra-ortodoks, Zionis religius, keluarga Chardal, dan sukarelawan dari luar negeri.
Selain itu, hanya istri tentara dan perwira Netzah Yehuda yang diperbolehkan berada di antara pangkalan militernya untuk mempertahankan segreasi gender serta mencegah interaksi yang dianggap tidak pantas antara laki-laki dan perempuan, dikutip dari The Times India.
Awal Mula AS akan Menghukum Batalion Netzah Yehuda
Investigasi Departemen Luar Negeri AS terhadap Netzah Yehuda dimulai pada 2022.
Mereka meminta kedutaan AS di Israel untuk menyusun laporan tentang sebuah batalion yang disebut menganiaya warga Palestina dan terlibat dalam kematian Omar Assad (80), warga Palestina-AS pada Januari 2022.
Menyusul berita itu, Israel memindahkan batalion Netzah Yehuda dari Tepi Barat ke Dataran Tinggi Golan.
Israel berdalih pemindahan itu tidak ada hubungannya dengan penyelidikan AS dan hanya untuk meningkatkan pengalaman tentara dan perwira batalion Netzah Yehuda.
Baru-baru ini, AS dikabarkan akan menerapkan sanksi terhadap batalion itu.
Penerapan sanksi yang mungkin dijatuhkan kepada batalion Netzah Yehuda akan sesuai dengan Undang-Undang Leahy yang dikeluarkan pada tahun 1997 dan melarang bantuan AS menjangkau batalion keamanan dan tentara yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel