AS memiliki sekitar 2.500 tentara yang ditempatkan di Irak dan hampir 900 tentara melintasi perbatasan di Suriah.
Ribuan tentara itu adalah bagian dari koalisi internasional yang dibentuk pada tahun 2014 untuk melawan kelompok ISIS.
Namun, AS juga menargetkan kelompok militan lainnya, termasuk Kataib Hizbullah, yang terlibat aksi saling serang dengan pasukan AS di kawasan itu, dikutip dari Reuters.
Pemimpin Kataib Hizbullah, Abu Mahdi al-Muhandis, terbunuh bersama komandan Pasukan Quds Iran, Qassem Soleimani, di bandara internasional Bagdad, Irak, dalam serangan AS pada tahun 2020.
AS menuduh kelompok itu berafiliasi dengan kelompok militan di Suriah dan Lebanon, yang dibantu Iran.
Kataib Hizbullah memiliki ribuan pejuang, gudang senjata drone, roket, dan rudal balistik jarak pendek.
Pada tahun 2014, Kataib Hizbullah membentuk batalyon di Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) Irak untuk melawan ISIS, yang kemudian diakui sebagai pasukan keamanan resmi.
Meski disebut dekat dengan perdana menteri Irak, kelompok ini sering menentang pemerintah termasuk menyerukan diusirnya pasukan AS dari kawasan itu.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)