News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Iran Vs Israel

Anggota Parlemen Iran Yakin Serangan ke Israel Bisa Satukan Warga dan Tarik Investasi Asing

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Drone-drone serangan pembalasan Iran ke Israel tampak dari situs Kubah Emas (Dome of Rock) di Yerusalem, Minggu (14/4/2024).

"Sanksi ini tidak boleh membuat bangsa Iran bertekuk lutut karena hatinya tidak terikat pada bantuan dari luar negeri," tegas Ayatollah Khamenei, dikutip dari IRNA.

Ayatollah Khamenei menambahkan bahwa semangat seperti itu harus diperkuat dan bangsa ini harus menunjukkan kekuatannya melalui kerja, tindakan, dan nasionalisme.

Ancaman Raisi

Presiden Iran Ebrahim Raisi menghadiri parade militer bersama para pejabat tinggi dan komandan dalam upacara memperingati hari tentara tahunan negara itu di Teheran pada 17 April 2024. (ATTA KENARE/AFP) (AFP/ATTA KENARE)

Presiden Iran, Ebrahim Raisi mengancam akan meratakan Israel bila kembali menyerang negaranya.

Baca juga: Iran ke Uni Eropa, Minta Tanggung Jawab Uni Eropa untuk Menjatuhkan Sanksi kepada Israel

Raisi mengatakan, dirinya tak akan main-main bila Israel melakukan serangan terhadap Iran lagi.

Bahkan, Raisi mengatakan dirinya tak mengetahui apakah Israel akan bertahan bila Iran melakukan serangan balasan.

"Jika rezim Zionis sekali lagi melakukan kesalahan dan menyerang tanah suci Iran, situasinya akan berbeda," kata Raisi, dikutip dari IRNA.

"Tidak jelas apakah rezim ini akan tetap bertahan," tegasnya.

Raisi menekankan bahwa Iran 'menghukum' Israel atas serangannya terhadap Gedung Konsulat Iran di Suriah pada awal bulan ini.

Baca juga: Meski Ada Risiko Kena Sanksi AS, Pakistan Tetap Lakoni Perjanjian Perdagangan dengan Iran

Selain mengancam Israel, Raisi juga mengkritik Barat karena mengklaim membela hak asasi manusia tetapi mendukung genosida Israel di Gaza.

"Saat ini pelanggar hak asasi manusia terbesar adalah Amerika dan Barat, dan klaim mereka untuk membela hak asasi manusia juga kosong," ungkapnya.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini